June 24, 2009

Nasib Petani dan Kuliner Sederhana a la Wong Cilik

Sambil menikmati makan siang sederhana, pepes ikan teri dan sayur asem, tak lupa juga segelas teh manis, dengan suasana pedesaan yang jauh dari kebisingan kota, saya mengamati para petani yang sedang berjuang di sawah. Saya cukup beruntung bisa bersantap duluan, sedangkan mereka, para petani, sedang berpeluh keringat menyediakan beras yang nantinya akan menjadi nasi yang saya nikmati.

Di sisi yang lain, cukup miris juga melihat nasib para petani kita yang tidak kunjung sejahtera. Sebab itu, kebijakan untuk swasembada beras mutlak kita perlukan. Dengan mengkonsumsi beras produk lokal, secara tidak langsung kita juga berjasa meningkatkan kesejahteraan para petani. Hitung-hitung sebagai “balas budi” kita kepada mereka.

Memang, saat ini makanan-makanan lokal sedang menghadapi ancaman dari serbuan produk-produk asing, terutama di perkotaan. Orang-orang lebih suka menyantap kuliner cepat saji yang mewah-mewah khas ‘neolib’ daripada makanan sederhana khas ‘wong cilik’ di pedesaan, seperti nasi hangat, sayur asem, tahu, tempe, pepes ikan, dsb. Jujur, menurut saya, jauh lebih mak nyus hidangan ‘ndeso’ tersebut, apalagi kalau kita nikmati di pinggir sawah bersama-sama dengan para petani.

Oleh karena itu, mari kita nikmati bersama kesederhanaan ini. Kemajuan teknologi dan kemajuan zaman bukanlah suatu penghalang untuk kembali hidup merakyat.

No comments: