July 27, 2016

Preview Film: Ice Age: Collision Course (2016)


Petualangan Scrat the saber tooth squirrel dalam mengejar acorn (biji pohon ek) tercintanya kembali membawa bencana. Kali ini, tupai tersebut jatuh ke dalam pesawat UFO yang membawanya ke luar angkasa. Selanjutnya, bisa ditebak. Kecerobohannya memicu hujan asteroid di bumi. Kehidupan seluruh makhluk hidup purba di jaman es pun terancam punah.

Itulah kisah yang tersaji dalam Ice Age: Collision Course, seri kelima dari franchise Ice Age yang film pertamanya dulu tayang pada tahun 2002. Tokoh-tokoh utamanya pun masih sama. Yaitu, Manny the woolly mammoth (Ray Romano), Sid the ground sloth (John Leguizamo), dan si harimau bergigi pedang, Diego (Denis Leary).

Manny, yang di film sebelumnya diceritakan sudah berkeluarga dengan Ellie (Queen Latifah), kali ini sedang disibukkan dengan acara ngunduh mantuh, alias pernikahan anak gadisnya, Peaches (Keke Palmer). Diego dikisahkan juga sudah merit dengan Shira (Jennifer Lopez). Namun, mereka semua harus kembali melakukan migrasi, meninggalkan rumah, karena tempat tinggal mereka dihujani meteor yang disebabkan oleh ulah Scrat (Chris Wedges).

Selain karakter-karakter utama di atas, film komputer animasi 3D ini diramaikan oleh kembalinya Buck (Simon Pegg), si musang bermata satu yang sebelumnya muncul di Ice Age: Continental Drift (2012). Di samping itu, juga ada dua tokoh yang benar-benar baru. Yaitu, Brooke (Jessie J) dan Shangri Llama (Jesse Tyler Ferguson).

Brooke adalah seekor sloth betina yang membuat si jomblo Sid jatuh cinta. Selain cantik, untuk ukuran sloth, dia juga ceria dan cerdas. Sebagai pengisi suaranya, Jessie J mengaku sempat merasa awkward di awal-awal. Namun, penyanyi yang terkenal dengan lagu Flashlight tersebut memutuskan untuk mencoba pengalaman baru di film ini.

Jessie J akhirnya mengaku senang bisa menjadi bagian dari keluarga besar Ice Age. Dia mendapat ilmu dan pengetahuan baru, serta berhasil keluar dari zona nyaman sebagai penyanyi dengan menjadi pengisi suara dalam film animasi. Seperti yang dilakukan oleh Jennifer Lopez dengan menjadi dubber bagi karakter Shira.

Selain Jessie J, Jesse Tyler Ferguson juga mengaku sempat tegang saat harus mengisi suara Shangri Llama, seekor llama bijaksana yang suka melakukan yoga dan merupakan spiritual leader dari Geotopia. Dilihat dari namanya, karakter ini jelas merupakan plesetan dari Dalai Lama, pemimpin spiritual dari Tibet.

Ferguson merasa suaranya benar-benar aneh saat kali pertama menjadi dubber bagi Shangri Llama. Dia kemudian pulang dan kembali lagi untuk mengulanginya. Untungnya, pada akhirnya, Ferguson bisa menunaikan tugasnya dengan baik.

Sutradara Mike Thurmeier pun memberikan pujian bagi Jessie J dan Ferguson. Meski masih tergolong awam dalam dunia dubbing, mereka dinilai mampu mengisi suara dengan sempurna dan menghidupkan karakter-karakter yang mereka perankan.

Sementara itu, sutradara lainnya, Galen T. Chu, mengaku merasa dekat dengan karakter Scrat. Meskipun perannya kecil, ulah tupai bergigi pedang itu selalu membawa dampak besar dan bencana baru. Blue Sky Studios selaku production house pun sudah berencana membuat si Scrat ini tidak akan pernah mendapatkan biji acorn tercintanya. Selamanya dia bakal tersiksa.

Selain mengusung berbagai macam karakter hewan purba yang menarik dan menghibur, duo sutradara Chu dan Thurmeier juga melakukan usaha maksimal untuk menghasilkan visualisasi yang lebih baik daripada film-film Ice Age sebelumnya. Detail pencahayaan dan warna yang mereka tampilkan semakin sempurna.

Jika menonton cuplikannya, visualisasi petir, langit, dan meteor yang menghujani bumi terlihat lebih realistis. Demikian juga dengan karakter Shangri Llama yang memang tampak nyata. Selain itu, petualangan Scrat dengan teknologi canggih di luar angkasa juga menjadi sesuatu yang baru. Berbeda dengan film-film sebelumnya yang serba purba.

Meski demikian, kisah Scrat yang jatuh ke dalam pesawat alien itu diniliai terlalu berlebihan oleh para kritikus. Adegan tersebut melenceng dari tema franchise Ice Age yang seharusnya serba purba. Para pengamat pun menilai tim produksi gagal mengembangkan plot dari film yang kisah awalnya dikarang oleh Aubrey Solomon ini.

Banyaknya karakter yang muncul juga dianggap sebagai upaya untuk menutupi jalan cerita yang membosankan. Para kritikus menilai tokoh-tokoh dalam Ice Age: Collision Course hanyalah sekumpulan karakter kosong yang tak bermakna. Blue Sky Studios dinilai mengalami kebuntuan dalam mengolah ide. Mereka tidak tahu harus mengarahkan cerita menjadi seperti apa.

Alhasil, Ice Age: Collision Course pun menuai rating negatif dari sejumlah situs review. Bahkan, yang terburuk sepanjang sejarah franchise Ice Age. Meski demikian, rating tidak selalu berbanding lurus dengan pemasukan. Peminat film rilisan 20th Century Fox ini masih banyak.

Buktinya, sejak dirilis pada hari Jumat (22/7) pekan lalu di Amerika Serikat, Ice Age: Collision Course sudah mencetak box office hampir USD 200 juta. Minimal, dalam seminggu pemutaran, sudah melebihi bujetnya yang "hanya" USD 105 juta.

Fenomena ini mengulang capaian Ice Age: Continental Drift empat tahun yang lalu. Meski mendapat rating hanya 6,6 dari situs review IMDb, seri keempat dari franchise Ice Age itu mampu menuai pemasukan hingga USD 877 juta dan masuk lima besar box office pada tahun 2012.

Dengan hasil sementara ini, bukan tidak mungkin, franchise Ice Age akan terus berlanjut. Melalui akun Twitter-nya, sutradara Mike Thurmeier menyatakan, jika film kelima ini sukses di pasaran, seri keenam bakal dibuat. Sang produser Lori Forte pun sudah punya ide untuk kisah lanjutannya.

Di lain pihak, sutradara Galen T. Chu mengaku belum bisa memastikan apakah film keenam akan dibuat. Dia masih menunggu reaksi dari para penonton. Yang pasti, dari segi cerita, Collision Course bukanlah akhir dari Ice Age, meski ini merupakan bagian yang menentukan. Chu juga mengaku masih memiliki banyak ide lain.

***

Ice Age: Collision Course

Sutradara: Mike Thurmeier, Galen T. Chu
Produser: Lori Forte
Penulis Skenario: Michael J. Wilson, Michael Berg, Yoni Brenner
Pengarang Cerita: Aubrey Solomon
Pemain: Ray Romano, John Leguizamo, Denis Leary, Simon Pegg, Jennifer Lopez, Queen Latifah, Jesse Tyler Ferguson, Jessie J
Musik: John Debney
Sinematografi: Renato Falcao
Editor: James Palumbo
Produksi: Blue Sky Studios, 20th Century Fox Animation
Distributor: 20th Century Fox
Budget: USD 105 juta
Durasi: 94 menit
Rilis: 19 Juni 2016 (Sydney Film Festival), 22 Juli 2016 (Amerika Serikat), 29 Juli 2016 (Indonesia)

Ratings

IMDb: 5,9
Rotten Tomatoes: 3,9
Metacritic: 3,3



July 26, 2016

Preview Film: Jason Bourne (2016)


You know his name. Jason Bourne. Setelah menghilang ratusan purnama, mantan agen CIA yang sempat mengalami amnesia tersebut kembali muncul. Matt Damon tetap menjadi pemeran utamanya. Bakal tayang di Indonesia mulai hari Rabu (27/7) ini.

Setelah terakhir kali muncul di The Bourne Ultimatum (2007), karakter Jason Bourne memang absen di The Bourne Legacy (2012). Aaron Cross, yang diperankan oleh Jeremy "Hawkeye" Renner, kala itu menggantikannya sebagai tokoh utama.

Namun, para penonton tampaknya kurang antusias menyambut kehadiran tokoh protagonis baru tersebut. The Bourne Legacy tidak sesukses trilogi Bourne sebelumnya, yang dibintangi oleh Matt Damon. Selain itu, sutradaranya juga bukan Paul Greengrass. Melainkan, Tony Gilroy.

Kolaborasi Greengrass-Damon memang menjadi kunci kesuksuksan trilogi Bourne sebelumnya. Universal Pictures menyadari hal itu. Mereka akhirnya memutuskan untuk memunculkan kembali Jason Bourne. Setelah menghilang selama sembilan tahun.

Trilogi Bourne yang diadaptasi dari novel karya Robert Ludlum memang cukup sukses di pasaran. Seri perdananya, The Bourne Identity (2002), mampu mencetak box office. Setelah itu, ceritanya semakin berkembang di film kedua, The Bourne Supremacy (2004), dan yang terakhir, The Bourne Ultimatum (2007). Matt Damon pun sukses menjadikan dirinya identik dengan sosok agen rahasia yang dingin dan tak kenal ampun tersebut.

Film edisi terbaru ini pun bisa dibilang merupakan soft reboot dari franchise Jason Bourne. Kisahnya mengambil setting beberapa tahun setelah Bourne mengingat kembali jati dirinya. Kerusuhan yang terjadi di Athena, Yunani, membuat mantan agen rahasia CIA dengan kemampuan bela diri tingkat tinggi tersebut kembali muncul.

Kali ini, penampakan Bourne dipicu oleh kolega lawasnya, Nicky Parsons (Julia Stiles), yang berhasil meretas file rahasia milik CIA, di antaranya, kasus tewasnya bokap kandung Bourne yang misterius. Bagi yang lupa dengan sosok Nicky, memang ada baiknya menonton ulang film trilogi Bourne sebelumnya.

Di lain pihak, CIA yang mengetahui file-nya dibobol, langsung memburu mereka. Direktur Robert Dewey (Tommy Lee Jones) kemudian mengutus agen Heather Lee (Alicia Vikander), yang memiliki keahlian dalam dunia maya, untuk mengejar Bourne. Keadaan semakin pelik, karena juga ada The Asset (Vincent Cassel), seorang pembunuh bayaran yang bekerja untuk CIA, yang selama ini menaruh dendam pada Bourne.

Karakter Jason Bourne sendiri tetap tidak berubah. Meski sudah berhasil mengungkap identitas dirinya, Bourne masih tidak percaya dengan CIA. Masih skeptis dan dingin. Meski dunia sudah berkembang dengan konflik yang semakin canggih, Bourne masih tetap menjadi sosok agen rahasia klasik, yang mampu bertarung di darat, laut, dan udara.

Seperti di film-film sebelumnya, menurut sang sutradara, adegan perkelahian jarak dekat, adu tembak, dan kejar-kejaran masih menghiasi seri terbaru Jason Bourne. Selain itu, ditambah dengan konflik sipil, demo anarkis, dan cyberwarfare, dengan tema privasi media sosial dan masalah keamanan nasional, semakin membuat film berdurasi 123 menit ini menarik dan tidak monoton.

Matt Damon, yang kini hampir berusia 45 tahun, tetap melakoni semua adegan laga dalam Jason Bourne. Efek CGI (computer-generated imagery) sangat minim digunakan. Meski mengaku kesulitan karena sudah tidak segesit saat berusia 29 tahun, Damon menganggap perannya tersebut sebagai sebuah tantangan.

Sebagai kiat untuk mengatasi menuanya Damon, trainer Jason Walsh memberi menu latihan yang superkeras. Bahkan, bisa dibilang, ekstrem. Setiap hari, selama enam bulan, pemeran utama The Martian (2015) tersebut di-drill latihan tinju, panjat tebing, lari jarak jauh di medan berbukit, angkat beban, dan metabolic training. Tak lupa, pola makannya juga diatur dengan diet khusus.

Alhasil, Jason Bourne kali ini tampil lebih matang, lebih mature, tapi juga terlihat lebih nyata. Karena, selain kuat, dia juga terlihat lelah. Di film yang terbaru ini, sosok bernama asli David Webb tersebut memang dikisahkan mengalami tekanan mental yang berat. Selain itu, dia juga sempat menjadi petarung bayaran.

Matt Damon sebenarnya mengaku sudah cukup puas dengan tiga film Bourne sebelumnya. Namun, karena terus ditanya oleh para fans tentang sekuel lanjutannya, Damon akhirnya menerima ketika ditawari untuk balikan. 

Sosok Matt Damon memang sudah terlanjur lekat dengan Jason Bourne. Oleh karena itu, Chairwoman Universal Studios, Donna Langley, kemudian ingin dia dan sutradara Paul Greengrass untuk melanjutkan franchise Bourne ini hingga keduanya tak sanggup untuk membuat film lagi.

Matt Damon sendiri juga menginginkan kisah Jason Bourne ini terus berlanjut. Meski demikian, dia ingin karakternya di-recast. Sahabat Ben Affleck ini menyadari, dirinya bakal semakin tua dan suatu saat nanti harus digantikan oleh aktor yang lebih muda. Mungkin akan menjadi semacam franchise James Bond yang sudah berganti-ganti pemeran.

Selama ini, Jason Bourne memang dianggap sebagai pesaing berat James Bond. Kedua agen rahasia yang sama-sama bernisial JB itu memiliki kemampuan dan kecerdasan di atas rata-rata. Hanya saja, sosok Bourne memang terkesan lebih nyata daripada Bond.

Bourne tidak terikat oleh sistem dan malah menjadi buruan institusi intelijen yang dulu menaunginya. Selain itu, dia juga tidak suka main perempuan. Berbeda dengan Bond yang seorang playboy, dan selalu menyempatkan diri untuk bercinta dengan setiap wanita di sela-sela misi berbahaya yang dilakoninya.

Selain Matt Damon yang sudah menjadi trade-mark dari Jason Bourne, sosok Alicia Vikander juga membuat seri terbaru ini semakin segar dan menarik. Sebagai peraih Piala Oscar, akting aktris yang bakal memerankan Lara Croft dalam reboot Tomb Raider ini memang tidak perlu diragukan. Bahkan, Matt menyebut penampilan Alicia sangat mengagumkan.

Vikander sendiri menganggap film Bourne kali ini luar biasa. Isu sosial dan politik yang diangkat sangat nyata. Action-nya megah. Alurnya juga menarik. Penulis naskah Christopher Rouse mengakui hal tersebut. Dia memang sengaja menyajikan plot yang to the point. Tidak serumit seri-seri sebelumnya.

Oleh karena itu, comeback-nya Matt Damon yang berkolaborasi dengan Alicia Vikander ini jelas ditunggu-tunggu oleh para fans Jason  Bourne. Sebanyak 99% user Rotten Tomatoes ingin menonton mereka. Situs IMDb pun, untuk sementara, memberi rating cukup positif untuk film berbujet USD 120 juta yang sudah tayang secara terbatas di Odeon Leicester Square (11/7) tersebut.

***

Jason Bourne

Sutradara: Paul Greengrass
Produser: Paul Greengrass, Matt Damon, Frank Marshall, Jeffrey M. Weiner, Ben Smith, Gregory Goodman
Penulis Skenario: Paul Greengrass, Christopher Rouse
Berdasarkan: Karakter-karakter ciptaan Robert Ludlum
Pemain: Matt Damon, Tommy Lee Jones, Alicia Vikander, Vincent Cassel, Julia Stiles, Riz Ahmed
Musik: John Powell, David Buckley
Sinematografi: Barry Ackroyd
Editor: Christopher Rouse
Produksi: The Kennedy/Marshall Company, Captivate Entertainment, Pearl Street Films 
Distributor: Universal Pictures
Budget: USD 120 juta
Durasi: 123 menit
Rilis: 11 Juli 2016 (Odeon Leicester Square), 27 Juli 2016 (Indonesia), 29 Juli 2016 (Amerika Serikat)

Ratings

IMDb: 7,4
Rotten Tomatoes: 5,8
Metacritic: 5,8


July 21, 2016

Preview Film: Ghostbusters (2016)


Kisah komedi supernatural Ghostbusters pertama kali muncul pada tahun 1984. Diciptakan oleh Dan Aykroyd dan mendiang Harold Ramis. Setelah kesuksesan film pertamanya, Ghostbusters kemudian berkembang menjadi franchise terkenal, meliputi: komik, novel, serial televisi, video game, dan diikuti oleh film keduanya yang tayang pada tahun 1989.

Kini, setelah menghilang ribuan purnama, Ghostbusters kembali menemui para penggemarnya, dalam bentuk remake dari film pertamanya. Inti ceritanya juga masih sama. Yaitu, empat sekawan pemburu hantu dari Kota New York.

Bedanya, jika dulu empat orang pembasmi roh gentayangan tersebut adalah pria (Peter Venkman, Raymond Stantz, Egon Spengler, dan Winston Zeddemore), sekarang diganti menjadi wanita semua. Yaitu, Erin Gilbert (Kristen Wiig), Abby Yates (Melissa McCarthy), Jillian Holtzmann (Kate McKinnon), dan Patty Tolan (Leslie Jones).

Kisahnya, Erin dan Abby adalah dua orang doktor yang menulis buku tentang hantu. Dengan dibantu oleh Jillian dan Patty, mereka berempat harus menyelamatkan Manhattan dari serangan hantu ganas bernama Rowan North (Neil Casey). Aksi-aksi kocak dipastikan bakal banyak menghiasi sepak terjang para ghostbuster cewek ini.

Secara cerita, sutradara Paul Feig memang sengaja tidak melanjutkannya dari Ghostbusters versi orisinal. Jadi, ini benar-benar remake dengan para tokoh perempuan yang tidak terkait dengan kisah yang lama. Meski demikian, nuansa era 80-an masih terasa kental di film berbujet USD 144 juta ini.

Ivan Reitman, yang dulu menjadi sutradara dua film pertama Ghostbusters, kali ini hanya bertindak sebagai produser. Namun, dia yakin, Paul Feig dengan empat tokoh ceweknya bakal mampu menampilkan keseruan dan kelucuan yang sama dengan versi cowoknya.

Reitman sendiri mengakui, dia dan Feig memang sengaja mengganti pemeran utama Ghostbusters dengan para wanita untuk menghadirkan sesuatu yang lebih fresh. Hanya saja, ide mereka tersebut banyak mendapat kritik, terutama dari para penggemar lawas.

Isu seksisme, anti-feminisme, dan misoginis menjadi alasan bagi para hater untuk membencinya. Bahkan, saat trailer perdana dirilis lewat YouTube, Ghostbusters mendapat dislike lebih dari 900 ribu. Itu menjadi rekor trailer film yang paling banyak dibenci sepanjang sejarah YouTube.

Reitman kemudian beralasan, trailer tersebut tidak disukai karena memang pembuatannya yang jelek. Bukan karena pergantian para karakter utama dari cowok ke cewek. Selain itu, dia menegaskan, trailer sepanjang satu setengah menit itu tidak menggambarkan kualitas filmnya secara keseluruhan. Reitman teteup yakin, Ghostbusters cewek ini bakal sesukses dua film jadul garapannya.

Optimisme Reitman tersebut didukung oleh Dan Aykroyd, selaku aktor dan pencipta franchise Ghostbusters. Menurut dia, sutradara Paul Feig sangat handal dalam mengarahkan empat aktris utamanya. Aykroyd yakin, Melissa McCarthy dkk sangat bertalenta dan bakal memikat banyak penggemar, seperti halnya Bill Muray dkk dulu.

Meski mengusung para cewek sebagai pemeran utama, bukan berarti tidak ada tokoh cowok sama sekali di Ghostbusters versi terbaru ini. Bahkan, aktor yang terlibat kali ini bukan aktor ecek-ecek. Melainkan, bintang superhero yang sudah tersohor. Yaitu, Chris Hemsworth.

Sebagai penyegar suasana, dan pemikat para penonton wanita, pemeran Thor yang juga kakak dari aktor Liam Hemsworth itu bakal memerankan Kevin Beckman. Yakni, tokoh yang menjadi semacam asisten bagi para pembasmi hantu perempuan tersebut.

Hal yang menarik lainnya dari Ghostbusters rilisan Columbia Pictures ini adalah soundtrack-nya. Sejumlah penyanyi ternama terlibat di dalamnya. Antara lain, Zayn Malik yang me-launching lagu wHo dan 5 Seconds of Summer yang bakal membawakan Girls Talk Boys.

Selain itu, juga ada Fall Out Boy, berkolaborasi dengan Missy Elliot, yang akan menyanyikan theme song jadul dari Ghostbusters yang berjudul I'm Not Afraid. Bahkan, lagu orisinal dari film pendahulunya, yang dinyanyikan oleh Ray Parker Jr., juga diputar ulang untuk membangkitkan nostalgia para penggemar lawas.

Melissa McCarthy menjelaskan, dengan dimunculkannya lagu oldies tersebut, mereka mengharapkan kenangan akan film yang lama masih tetap ada. Ghostbusters versi baru ini memang tidak ingin menghapus memori yang sudah ditanamkan oleh Dan Aykroyd dkk. Mereka hanya ingin menampilkan film yang lebih segar dan menghibur. Sekaligus, menarik para penggemar generasi baru.

Setelah diputar di Amerika sejak tanggal 15 Juli 2016 yang lalu, film berdurasi 116 menit ini mendapat rating yang cukup lumayan dari sejumlah situs review. Terlepas dari efek CGI-nya yang dianggap masih kurang, para kritikus menilai remake Ghostbusters ini cukup fun dan menghibur. Terutama, penampilan dari para tokoh utama yang diperankan oleh Melissa McCarthy dkk, yang mendapat cukup banyak pujian.

***

Ghostbusters

Sutradara: Paul Feig
Produser: Ivan Reitman, Amy Pascal
Penulis Skenario: Katie Dippold, Paul Feig
Berdasarkan: Ghostbusters by Ivan Reitman, Dan Aykroyd, Harold Ramis
Pemain: Melissa McCarthy, Kristen Wiig, Kate McKinnon, Leslie Jones, Chris Hemsworth, Cecily Strong, Andy Garcia, Neil Casey, Charles Dance, Michael Kenneth Williams
Musik: Theodore Shapiro
Sinematografi: Robert Yeoman
Editor: Melissa Bretherton, Brent White
Produksi: Sony Pictures, LStar Capital, Village Roadshow Pictures, The Montecito Picture Company, Pascal Pictures, Feigco Entertainment, Ghost Corps Production Company
Distributor: Columbia Pictures
Budget: USD 144 juta
Durasi: 116 menit
Rilis: 9 Juli 2016 (TCL Chinese Theatre), 15 Juli 2016 (Amerika Serikat), 22 Juli 2016 (Indonesia)

Ratings

IMDb: 5,3
Rotten Tomatoes: 6,5
Metacritic: 6,0

July 19, 2016

Preview Film: Star Trek Beyond (2016)


Star Trek Beyond bakal mulai tayang pada 20 Juli 2016 di Indonesia. Film sci-fi action ini merupakan yang ke-13 dari franchise Star Trek ciptaan Gene Roddenberry, yang sudah berusia 50 tahun, dan yang ketiga pasca di-reboot. Dua seri pendahulunya adalah Star Trek (2009) dan Star Trek Into Darkness (2013).

Berbeda dengan dua film sebelumnya, Star Trek Beyond tidak lagi dibesut oleh J. J. Abrams. Penulis naskah Armageddon (1998) tersebut menolak tawaran untuk menjadi sutradara karena tahun lalu masih sibuk mengerjakan Star Wars: The Force Awakens (2015). Meski demikian, Abrams tidak lepas tangan begitu saja, karena dia juga bertindak sebagai produser di film berbujet USD 150 juta ini.

Kisah Star Trek Beyond sendiri mengambil setting lima tahun setelah seri reboot pertama. Namun, jalan ceritanya dibuat tidak terkait dengan dua film sebelumnya. Latar belakangnya mengambil tempat di luar bumi. Kapten Kirk dkk kabarnya juga bakal menampilkan lebih banyak adegan laga di film ini.

Ceritanya, saat menjalankan misi menjelajahi luar angkasa untuk mengeksplorasi dunia baru, Kapten Kirk (Chris Pine) dan para krunya diserang oleh Krall (Idris Elba) dan pasukannya. Kapal USS Enterprise pun hancur. Para awak kapal kemudian terdampar di planet asing. Saat sedang berjuang untuk hidup, mereka bertemu Jaylah (Sofia Boutella), alien wanita yang akhirnya menjadi sekutu. Mampukah Kapten Kirk dkk mengalahkan Krall dan kembali ke tempat asal mereka?

Meski sudah tidak lagi ditangani oleh J. J. Abrams, bukan berarti kualitas Star Trek Beyond ini bakal menurun jika dibandingkan dengan dua seri pendahulunya. Karena, Abrams sudah menunjuk sosok yang tepat sebagai penggantinya. Yaitu, Justin Lin.

Star Trek Beyond ini memang menjadi film sci-fi pertama yang digarapnya. Meski demikian, track record Justin Lin sebagai sutradara tidak perlu diragukan lagi. Pria 44 tahun kelahiran Taipei, Taiwan, ini sudah berpengalaman menelurkan franchise film action yang sukses di pasaran. Sebut saja The Fast and the Furious: Tokyo Drift (2006), Fast & Furious (2009), Fast Five (2011), dan Fast & Furious 6 (2013).

Yang membanggakan, sebagai sutradara asal Asia, Justin Lin tidak lupa mengajak aktor asal benuanya untuk berperan di Star Trek Beyond. Yaitu, Joe Taslim, yang memerankan karakter Manas. Bintang laga kebanggaan Indonesia tersebut sudah pernah disutradarai Lin saat bermain di Fast & Furious 6. Jota pun menjadi salah satu aktor asal Asia, selain John Cho, yang memerankan Hikaru Sulu, di film rilisan Paramount Pictures ini.

Saat menghadiri konferensi pers menjelang gala premiere di Sydney (7/7), Justin Lin menegaskan bahwa Star Trek Beyond memang sengaja mengangkat isu keberagaman. Selain aktor asal Asia, film berdurasi 122 menit ini juga menampilkan pemain dari berbagai ras dan suku bangsa, yaitu kulit putih, kulit hitam, maupun latin/hispanik.

Justin Lin menyatakan, dengan menjadi kru dan pemain di Star Trek Beyond, mereka semua harus bisa menerima perbedaan dan keberagaman budaya. Dia tidak ingin film yang disutradarainya hanya didominasi oleh satu ras saja. Bisa dibilang, Lin ingin mengarahkan franchise Star Trek ini menjadi seperti franchise Fast & Furious versi sci-fi.

Sebagai salah satu pemain non-kulit putih, John Cho, yang berasal dari Korea, juga merasakan bahwa "bhinneka tunggal ika" sangat terasa di Star Trek Beyond ini. Begitu juga dengan Joe Taslim. Selama empat bulan syuting, menurut Joe, minimal seminggu sekali, para pemain dan kru selalu mengadakan dinner bersama. Kebersamaan di antara mereka menjadi sangat erat.

Chris Pine pun sangat mendukung isu keberagaman di Star Trek Beyond. Sebagai aktor utama, Pine ingin filmnya kali ini harus bisa mencerminkan diversity seperti di dunia nyata. Apalagi, ajang Oscars 2016 yang lalu juga sempat ramai dihantam isu diskriminasi ras. Star Trek ingin menampilkan harapan baru bagi Hollywood.

Selain mengangkat keberagaman di antara manusia, Star Trek Beyond juga menampilkan "bhinneka tunggal ika" di antara para alien. Total, bakal ada 50 spesies makhluk asing baru yang muncul. Hal itu untuk memperingati 50 tahun perayaan franchise Star Trek. Bahkan, bila dibandingkan dengan dua film sebelumnya, jumlah alien kali ini adalah yang terbanyak.

Salah satu karakter alien yang paling menarik, selain Manas yang diperankan oleh Joe Taslim, adalah Krall. Karakter yang dimainkan oleh Idris Elba ini diklaim memiliki unsur kebaruan yang terbanyak. Justin Lin sendiri menjanjikan Krall bakal menghadirkan sensasi baru dalam franchise Star Trek.

Selain itu, juga ada Jaylah yang diperankan oleh si cantik Sofia Boutella. Untuk memerankan alien cewek berkulit seputih susu itu, Boutella membutuhkan waktu 3,5 jam hanya untuk make-up saja. Belum lagi, 45 menit setelahnya untuk melepas kostum dan membersihkan riasan.

Yang juga tidak boleh dilewatkan dari Star Trek Beyond kali ini adalah soundtrack-nya. Lagu utamanya berjudul Sledgehammer. Tidak tanggung-tanggung, yang menyanyikan adalah Rihanna. Dalam video klipnya, Riri berdandan seperti seorang putri alien yang sexy. Zoe Saldana, yang berperan sebagai Nyota Uhura, langsung melontarkan pujian kepadanya lewat Instagram.

Lagu ballad tersebut sekaligus menjadi lagu untuk mengenang almarhum Anton Yelchin yang meninggal pada 19 Juni 2016 yang lalu. Seluruh kru dan pemain Star Trek Beyond memang masih berduka atas kepergian mendadak pemeran Pavel Chekov karena kecelakaan mobil tersebut.

Setelah ditayangkan secara terbatas pada gala premiere di Sydney (7/7), Star Trek Beyond juga bakal dirilis pada ajang San Diego Comic-Con (20/7). Ribuan fans dan pemenang kontes yang beruntung bisa menontonnya sebelum diputar secara resmi di bioskop. Namun, untuk menghindari pembajakan, pihak penyelenggara melarang para penonton membawa kamera perekam saat screening khusus tersebut.

Sejauh ini, sejumlah situs review memberi rating yang cukup positif untuk Star Trek Beyond. Melihat sambutan para penggemar yang cukup antusias, pihak produser pun sudah mencanangkan bakal membuat film keempat. Chris Pine dan Zachary Quinto, yang memerankan Spock, sudah meneken kontrak baru. Dan, yang mengejutkan, Chris "Thor" Hemsworth, pemeran almarhum bokap Kapten Kirk, kabarnya bakal kembali tampil!

***

Star Trek Beyond

Sutradara: Justin Lin
Produser: J. J. Abrams, Bryan Burk, Roberto Orci
Penulis Skenario: Simon Pegg, Doug Jung
Berdasarkan: Star Trek by Gene Roddenberry
Pemain: Chris Pine, Zachary Quinto, Zoe Saldana, Karl Urban, Simon Pegg, John Cho, Anton Yelchin, Idris Elba, Sofia Boutella, Joe Taslim
Musik: Michael Giacchino
Sinematografi: Steven F. Windon
Editor: Greg D'Auria, Dylan Highsmith, Kelly Matsumoto, Steven Sprung
Produksi: Skydance Media, Bad Robot Productions, Sneaky Shark, Perfect Storm Entertainment, K/O Paper Products
Distributor: Paramount Pictures
Budget: USD 150 juta
Durasi: 122 menit
Rilis: 7 Juli 2016 (Sydney), 20 Juli 2016 (Indonesia), 22 Juli 2016 (Amerika Serikat)

Ratings

Rotten Tomatoes: 7,5
Metacritic: 7,1






July 02, 2016

Preview Film: The Legend of Tarzan (2016)


Setelah Disney merilis live-action The Jungle Book pada bulan April yang lalu, dan cukup sukses meraup pemasukan hingga USD 930 juta, Warner Bros. juga tak mau kalah dengan me-remake kisah Tarzan, si raja rimba yang legendaris itu.

Sejak Edgar Rice Burroughs menulis cerita aslinya pada tahun 1912, sudah tak terhitung berapa kali Tarzan difilmkan, baik sebagai serial televisi maupun layar lebar. Bahkan, kisah putra bangsawan Inggris yang diasuh oleh gorilla di belantara Afrika itu termasuk yang paling sering di-remake.

Hampir setiap anak kecil pernah membaca versi komiknya atau menonton versi kartunnya. Bahkan, kalau mau jujur, setiap remaja pria pasti mengenal judul Tarzan X, salah satu film bokep paling legendaris sepanjang masa, yang dibintangi oleh Rocco Siffredi dan Rossa Caracciolo.

Oleh karena itu, kisah Tarzan ini tak lekang dimakan waktu. Popularitasnya, bisa dibilang, sudah menyamai karakter superhero semacam Batman dan Superman. Setiap orang merasa "dekat" dengan tokoh ini. Fanbase-nya pun banyak. Mungkin, atas dasar itulah, Warner Bros. berani membuat versi live-action dari gacoannya Jane Porter tersebut.

Tantangannya memang cukup berat. Minimal, Warner Bros. harus mampu mengalahkan Tarzan versi kartun yang dirilis oleh Disney pada tahun 1999. Kala itu, kisah King of the Jungle tersebut meraup pemasukan hingga USD 448 juta secara global.

Karena sebagian besar orang sudah hafal dengan kisah Tarzan yang didongengkan secara turun-temurun dalam 100 tahun terakhir, sutradara David Yates pun berusaha menyajikan cerita yang berbeda. Dua penulis naskah, Adam Cozad dan Craig Brewer, menampilkan kisah baru yang orisinal. Berbeda total dengan karangan Edgar Rice Burroughs.

The Legend of Tarzan, demikian judul resmi film berdurasi 110 menit ini, tidak akan menitikberatkan pada kisah bocah yang diasuh oleh gorilla. Melainkan, langsung meloncat ke sosok Tarzan (Alexander Skarsgard) yang sudah meninggalkan hutan, dan hidup di London setelah mengawini Jane (Margot Robbie) pada akhir tahun 1880-an.

Sang Tarzan Kota ini pun telah menggunakan kembali nama aslinya. Yaitu, John Clayton, seorang aristokrat Inggris yang memiliki relasi dengan para pejabat penting. Suatu ketika, Clayton harus kembali ke belantara Afrika, tepatnya, di Kongo, untuk memimpin ekspedisi perdagangan. Di sinilah, konflik mulai terjadi.

Rombongan Clayton tersebut dimanfaatkan oleh seorang kapten asal Belgia, bernama Leon Rom (Christoph Waltz), yang korup dan ingin menguasai hutan. Para penghuni rimba yang dipimpin oleh para gorilla pun merasa eksistensi mereka terancam. Tarzan, pada akhirnya, memilih untuk melawan manusia dan membela para kera. Mampukah mereka mengalahkan Captain Rom yang kejam?

Bagi Alexander Skarsgard, peran sebagai Tarzan ini tergolong berat. Awalnya, aktor kelahiran 39 tahun yang lalu itu mengaku kesulitan. Terutama, dalam menampilkan dua karakter yang berseberangan. Yaitu, sosok raja hutan yang liar dan seorang bangsawan yang halus budi pekertinya.

Pria asal Swedia itu sampai harus belajar secara khusus dengan bimbingan koreografer Wayne McGregor untuk menampilkan transformasi dari John Clayton yang lembut menjadi Tarzan yang buas. Di antaranya, cara berjalan dan bertutur kata. Selain itu, Skarsgard juga mengaku sempat bingung saat harus melakoni adegan berbicara dengan hewan-hewan di hutan.

Demi memerankan sosok Tarzan pula, bintang setial televisi True Blood itu harus melakukan latihan dan menjalani diet ketat untuk membentuk badan yang kekar. Hasilnya? Nyaris sempurna. Sutradara David Yates memuji postur dan fisik Skarsgard yang berotot.

Meski berat, aktor yang juga bermain di Zoolander itu mengaku tertarik memerankan Tarzan karena suka dengan naskah ceritanya. Skarsgard juga merasa tertantang untuk menampilkan perubahan yang radikal dari seorang pria kota menjadi sosok raja hutan.

Di lain pihak, Warner Bros. juga tidak main-main dalam menggarap film berbujet USD 180 juta ini. Bahkan, kabarnya, dibandingkan film-film Tarzan sebelumnya, The Legend of Tarzan ini tergolong yang paling serius. Mulai dari pemilihan pemain, plot cerita, hingga penerapan computer-generated imagery (CGI) yang dahsyat.

Seperti halnya The Jungle Book, tim produksi film Tarzan kali ini membangun dua stage miniatur untuk setting hutan. Mereka memang sengaja tidak melakukan syuting di lingkungan asli karena bakal lebih sulit untuk mengimplementasikannya. Namun, dengan bantuan spesial efek yang luar biasa, David Yates akhirnya mampu menampilkan visual yang terlihat sangat nyata.

Setelah sempat diputar secara terbatas di Dolby Theatre pada 27 Juni 2016 yang lalu, The Legend of Tarzan mendapat rating rata-rata dari sejumlah situs review. Sayangnya, banyak pengamat yang memperkirakan film ini bakal kesulitan menembus box office. Di pekan perdana, target pemasukannya hanya USD 25-33 juta. Masih jauh dari balik modal. Apalagi, meraih profit.

***

The Legend of Tarzan

Sutradara: David Yates
Produser: Jerry Weintraub, David Barron, Alan Riche, Tony Ludwig
Penulis Skenario: Adam Cozad, Craig Brewerz
Berdasarkan: Tarzan by Edgar Rice Burroughs
Pemain: Alexander Skarsgard, Samuel L. Jackson, Margot Robbie, Djimon Hounsou, Jim Broadbent, Christoph Waltz
Musik: Rupert Gregson-Williams
Sinematografi: Henry Braham
Penyunting: Mark Day
Produksi: Village Roadshow Pictures, Jerry Weintraub Productions, Riche/Ludwig Productions, Beaglepug Productions, RatPac Entertainment
Distributor: Warner Bros. Pictures
Budget: USD 180 juta
Durasi: 110 menit
Rilis: 1 Juli 2016

Ratings

IMDb: 7,2
Rotten Tomatoes: 4,8
Metacritic: 4,3