June 23, 2016

Preview Film: Independence Day: Resurgence (2016)

Setelah “istirahat” selama dua dekade, alien kembali menginvasi bumi. Itulah yang tersaji dalam Independence Day: Resurgence, yang mulai tayang pada hari Rabu, 22 Juni 2016 di Indonesia.

Film pertamanya, Independence Day (1996), yang dibintangi oleh Will Smith, sangat terkenal dan sempat menjadi penanda level kegaulan. Terutama, di kalangan anak muda, termasuk di Indonesia. Kala itu, jika belum menonton ID4, kita bakal dicap “nggak gaul” oleh teman-teman.

Sayangnya, kali ini, Will Smith tidak ikut ambil bagian. Karakter yang diperankannya, Captain Steven Hiller, diceritakan telah mangkat. Meski demikian, penerus sang pahlawan tersebut tetap ada, yaitu anak tirinya, Dylan Dubrow (Jessie Usher).

Dylan merupakan anak dari Jasmine Dubrow, istri almarhum Hiller, yang di Resurgence ini tetap diperankan oleh Vivica A. Fox, yang masih terlihat sexy di usia yang sudah menginjak setengah abad. Di film pertama, Dylan masih seorang bocah, diperankan oleh Ross Bagley. Kini, dia sudah dewasa dan menjadi pilot di Earth Space Defense (ESD).

Digarap oleh sutradara yang sama, yaitu Roland Emmerich, yang selama ini dikenal sebagai spesialis film-film bencana, Resurgence memang berusaha menghubungkan penonton dengan cerita Independence Day pada tahun 1996. Ketiadaan tokoh Hiller tidak terlalu berpengaruh, karena Emmerich memang lebih menekankan pada sosok Dylan yang tumbuh tanpa seorang ayah.

Selain itu, para penggemar lawas tidak akan kehilangan sosok jagoan, karena di sekuel ini muncul karakter baru bernama Jake Morrison (Liam Hemsworth). Seorang pilot muda dari ESD yang kedua orang tuanya meninggal saat invasi alien yang pertama, dua puluh tahun yang lalu.

Malah, bisa dibilang, Jake inilah tokoh utama di Resurgence. Dari trailer filmnya, bisa kita lihat adegan kala Jake menerobos serangan pesawat alien yang telah melewati bulan. Sebagai pilot ESD, tugas utamanya adalah mengamati pergerakan alien di luar angkasa.

Emmerich, tampaknya, memang sengaja menciptakan sosok Jake sebagai pengganti Hiller yang kini sudah tiada. Karakter mereka dibuat mirip. Antara lain, suka bertindak tak terduga di luar rencana. Namun, di saat genting dan putus asa, Jake bisa menumbuhkan harapan kepada timnya dengan segala aksi heroiknya.

Meski banyak tokoh baru yang muncul, tidak semua tokoh lama dihilangkan. Salah satunya adalah karakter David Levinson yang kembali diperankan oleh Jeff Goldblum. Ilmuwan ahli komputer lulusan MIT itu sekali lagi harus bahu-membahu melawan alien dengan Thomas J. Whitemore (Bill Pullman), yang di film edisi pertama menjadi Presiden Amerika Serikat ke-42.

Sebagai pemanis, juga ada Maika Monroe yang memerankan Patricia Whitemore, putri sang mantan presiden, yang dikisahkan berpacaran dengan Jake. Pada film pertama dulu, Patricia kecil diperankan oleh Mae Whitman.

Dibandingkan ID4 tahun 1996, Resurgence jelas menawarkan teknologi yang lebih canggih. Serangan alien juga dibuat lebih brutal dan ganas. Seperti yang bisa kita lihat di trailer filmnya, kemunculan makhluk asing ditandai dengan mendaratnya kapal induk raksasa, yang diikuti dengan penghancuran berbagai landmark terkenal di bumi.

Perang teknologi pun tak terhindarkan. Meski demikian, Emmerich tidak semata mengandalkan efek computer-generated imagery (CGI) yang dahsyat. Sutradara berusia 60 tahun itu juga menjanjikan plot cerita yang tidak mudah ditebak hingga akhir film.

Sejauh ini, sejumlah situs review memberi rating rata-rata untuk film berbujet USD 165 juta ini. Secara box office, Resurgence tentu saja diharapkan mampu mengulang kesuksesan Independence Day edisi pertama, yang saat itu mendulang hingga USD 817 juta secara global.

Jika sekuel kedua ini sukses, Emmerich mengindikasikan bakal membuat seri ketiganya. Jeda waktunya pun tidak akan lama. Tidak sampai ratusan purnama. Rencananya, satu atau dua tahun lagi. Ceritanya, kemungkinan, perjalanan antargalaksi ke planet asal si alien!

***

Independence Day: Resurgence


Sutradara: Roland Emmerich
Produser: Dean Devlin, Roland Emmerich, Harald Kloser
Penulis Skenario: Roland Emmerich, Dean Devlin, Nicholas Wright, James A. Woods, James Vanderbilt
Pengarang Cerita: Roland Emmerich, Dean Devlin, Nicholas Wright, James A. Woods
Berdasarkan: Karakter-karakter ciptaan Roland Emmerich & Dean Devlin
Pemain: Liam Hemsworth, Jeff Goldblum, Bill Pullman, Jessie Usher, Maika Monroe, Sela Ward, William Fichtner
Musik: Harald Kloser, Thomas Wanker
Sinematografi: Markus Forderer
Penyunting: Adam Wolfe
Produksi: Centropolis Entertainment, TSG Entertainment, Electric Entertainment
Distributor: 20th Century Fox
Budget: USD 165 juta
Durasi: 120 menit
Rilis: 22 Juni 2016 (Indonesia), 24 Juni 2016 (Amerika Serikat)

Ratings

IMDb: 7,1
Rotten Tomatoes: 5,0
Metacritic: 4,9



June 22, 2016

Preview Film: Central Intelligence (2016)

Saat ini, film horror The Conjuring 2 lagi heboh-hebohnya di Indonesia. Namun, bagi yang tidak suka hantu-hantuan, apalagi, terlalu takut untuk menontonnya, ada film genre lain yang sebenarnya cukup menghibur untuk ditonton. Judulnya, Central Intelligence.

Sayangnya, tidak semua bioskop di Indonesia menayangkan film komedi yang dibintangi oleh Dwayne “The Rock” Johnson dan Kevin Hart ini. Bisa dimaklumi. Saat ini, nyaris seluruh layar didominasi oleh The Conjuring 2, Finding Dory, dan sebentar lagi, Independence Day: Resurgence.

Sesuai dengan judulnya, Central Intelligence mengisahkan tentang seorang mata-mata, agen CIA, bernama Bob Stone aka Robbie Weirdicht (The Rock) yang harus bekerja sama dengan seorang akuntan bernama Calvin Joyner (Kevin Hart). Nah, Bob dan Calvin ini sebenarnya adalah dua sahabat di jaman SMA yang sudah lama tidak bersua.

Penampilan mereka berdua di masa kini ternyata sangat bertolak belakang jika dibandingkan dengan masa sekolah. Bob, dulunya, adalah bocah gendut yang kerap menjadi korban bullying teman-temannya. Kini, sosoknya berubah menjadi agen rahasia jagoan yang bertubuh sangat kekar.

Sebaliknya, Calvin, yang dulunya adalah atlet populer yang banyak dipuja, malah menjadi pegawai kantoran, seorang akuntan, dengan kehidupan yang biasa-biasa saja dan membosankan. Semasa sekolah, Calvin, yang merupakan idola, sering melindungi Bob dari gangguan para pem-bully-nya.

Kini, keduanya harus bertemu kembali dan bekerja sama untuk memberantas kejahatan dan menyelamatkan dunia. Tentu saja, kali ini, giliran Bob yang melindungi Calvin dari serangan musuh-musuhnya. Aksi kocak apa saja yang bakal mereka tampilkan?

Dibalik genre-nya yang action comedy, Central Intelligence memang sengaja mengangkat pesan moral anti-bullying yang kini sering terjadi di kalangan anak-anak sekolahan. Oleh karena itu, film berdurasi 107 menit ini banyak menampilkan flashback masa SMA yang dialami oleh dua tokoh utamanya, Bob dan Calvin.

Meski secara fisik sangat berbeda jauh, The Rock lebih tinggi 39 cm dan lebih berat 52 kg bila dibandingkan Kevin Hart, dua aktor yang menjadi host acara MTV Movie Awards 2016 yang lalu itu mampu saling melengkapi. Chemistry yang terjalin di antara mereka sangat kuat. Alhasil, film yang disutradarai oleh Rawson Marshall Thurber ini kabarnya mampu menghasilkan joke-joke yang cukup menghibur.

Kevin Hart sendiri bisa terlibat dalam film berbujet USD 50 juta ini disebabkan oleh campur tangan The Rock. Mantan pegulat WWF itu memilih langsung Hart karena penampilannya sangat menarik dan dianggap bakal cocok memerankan sosok Calvin.

Awalnya, penunjukan yang tiba-tiba itu membuat Hart kaget dan grogi. Komedian itu tak menyangka bakal berduet dengan aktor laga papan atas semacam The Rock. Namun, akhirnya, dia merasa, kesempatan beradu akting dengan bintang Fast & Furious itu sebagai suatu tantangan luar biasa yang tak boleh dilewatkan.

Bagi para penonton yang nantinya jatuh cinta dengan kombinasi antara The Rock dan Kevin Hart, kolaborasi keduanya bakal bisa dinikmati lagi tahun depan. Bukan dalam sekuel Central Intelligence, melainkan dalam remake film Jumanji yang rencananya dirilis pada 28 Juli 2017.

Di sisi lain, meski merupakan film komedi, Central Intelligence tetap menggunakan teknologi CGI alias computer-generated imagery. Terutama, dalam menampilkan sosok Bob semasa SMA yang gendut abis. Bahkan, sang sutradara mengaku butuh waktu hingga enam bulan untuk menggarapnya.

Untungnya, tim produksi Central Intelligence mampu menggaet Weta Studios untuk menangani teknologi CGI dalam film mereka. Studio yang khusus bergerak di bidang digital itu sudah berpengalaman menggarap special effect dalam franchise The Avengers. Hasil karya mereka pun sudah tidak perlu diragukan lagi.

Sejauh ini, sejak tayang pada 15 Juni 2016, Central Intelligence mendapat rating yang lumayan dari sejumlah situs review. Bagus-bagus amat, sih, tidak. Tapi, juga tidak jelek. Yang pasti, lucu dan menghibur. Hingga sekarang, film yang didistribusikan oleh Warner Bros. dan Universal ini sudah mampu mengumpulkan pemasukan USD 42 juta. Sepertinya bakal balik modal.

***

Central Intelligence


Sutradara: Rawson Marshall Thurber
Produser: Michael Fottrell, Peter Principato, Scott Stuber, Paul Young
Penulis Skenario: Ike Barinholtz, David Stassen, Rawson Marshall Thurber
Pengarang Cerita: Ike Barinholtz, David Stassen
Pemain: Dwayne Johnson, Kevin Hart
Musik: Theodore Shapiro, Ludwig Goransson
Sinematografi: Barry Peterson
Penyunting: Michael L. Sale
Produksi: New Line Cinema, Blugrass Films, Principato-Young Entertainment, RatPac-Dune Entertainment, Perfect World Pictures
Distributor: Warner Bros. Pictures (Amerika Serikat), Universal Pictures (Internasional)
Budget: USD 50 juta
Durasi: 107 menit
Rilis: 15 Juni 2016 (Indonesia), 17 Juni 2016 (Amerika Serikat)

Ratings

IMDb: 7,1
Rotten Tomatoes: 5,8
Metacritic: 5,1

June 19, 2016

Preview Film: Finding Dory (2016)

Ternyata, butuh waktu hingga ratusan purnama bagi Finding Nemo (2003) untuk "menemukan" sekuelnya. Tiga belas tahun, tepatnya. Seperti halnya Rangga dan Cinta, penantian panjang itu akhirnya berujung setelah Pixar dan Disney merilis Finding Dory pada tanggal 16 Juni 2016 kemarin.

Berbeda dengan film pertamanya, Finding Dory tidak lagi membahas tentang Nemo (Hayden Rolence), ikan badut lucu yang dulu menjadi objek pencarian. Sesuai dengan judulnya, sekuel kali ini menceritakan tentang Dory (Ellen De Generes), ikan Pacific regal blue tang sahabat Marlin (Albert Brooks), bokapnya Nemo.

Kisah Finding Dory sendiri mengambil setting waktu enam bulan setelah peristiwa Finding Nemo. Diceritakan, Dory yang mengalami amnesia sedang berusaha mencari tahu jati diri yang sebenarnya. Dibalik sikap lucunya, memang tersimpan kisah tragis dalam hidup Dory.

Sewaktu kecil, Dory terpisah dari kedua orang tuanya setelah terseret arus. Dia tidak bisa menemukan jalan untuk kembali karena memiliki ingatan jangka pendek, alias pelupa. Yang bisa diingat oleh ikan berwarna biru itu hanya sekelumit kenangan masa lalunya.

Dengan modal ingatan samar-samar, Dory meyakini Marine Life Institute (MLI) merupakan rumah asalnya. MLI sendiri adalah akuarium rehabilitasi bagi hewan-hewan laut yang terletak di California. Ada 16.091 ikan di open ocean exhibit MLI dan yang dikarantina mencapai 1.108 ekor. Dengan bantuan Marlin dan Nemo, mampukah Dory bersatu kembali dengan keluarga aslinya?

Digarap oleh sutradara yang sama, yaitu Andrew Stanton, Finding Dory memang menyajikan plot cerita yang sederhana, namun inspiratif, seperti halnya Finding Nemo. Bedanya, kali ini, Stanton lebih menitikberatkan pada kisah Dory yang mengharukan. Demi mengekspos kesedihan tersebut, flashback tentang masa lalu Dory menghiasi seluruh bagian film, dari awal hingga akhir.

Dengan bujet produksi yang bombastis, mencapai USD 200 juta, Stanton juga membuat tampilan animasi visual Finding Dory menjadi lebih canggih dan lebih nyata dibandingkan Finding Nemo. Perkembangan teknologi yang sangat pesat membuat segala hal yang tiga belas tahun lalu sulit dilakukan menjadi lebih mudah dikerjakan saat ini.

Alhasil, banyak karakter baru yang muncul. Salah satunya adalah Hank (Ed O'Neill), si gurita pemarah yang mampu berganti warna. Dengan teknologi tahun 2003 saat Finding Nemo diproduksi, sosok octopus yang kehilangan salah satu tentakelnya tersebut tidak mungkin dikerjakan.

Saking sulitnya menciptakan karakter Hank, tim produksi Pixar sampai membutuhkan waktu hingga dua tahun untuk membuatnya. Terlama bila dibandingkan pembuatan karakter lainnya. Mereka harus memperhatikan fluidity dan berat setiap tentakelnya supaya sosok hewan laut yang mampu mengamuflase dirinya itu benar-benar mirip dengan gurita aslinya.

Selain Hank, masih ada beberapa karakter yang tak kalah seru dan menarik. Bukan hanya spesies bawah laut saja, melainkan ada yang  berwujud berang-berang, singa laut, dan paus beluga bernama Bailey (Ty Burrell) yang memiliki kemampuan unik layaknya GPS dengan sonarnya.

Seperti halnya Hank, tim produksi Pixar juga tidak main-main dalam menciptakan karakter-karakter tersebut. Mereka meneliti setiap hewan tersebut agar bisa membuat setiap karakter bergerak sesuai aslinya, namun dengan ekspresi wajah yang kartunis. Sulit, memang. Tapi, akhirnya, Andrew Stanton dkk mampu mengerjakannya dengan baik.

Selain menghasilkan karakter yang lebih riil, tim produksi Finding Dory juga berusaha memberikan gambaran nyata dari lingkungan air di MLI. Untuk itu, mereka mengamati langsung kehidupan asli bawah laut di Monterey Bay Aquarium, California. Salah satunya adalah bagian kelp forest.

Saat membuat Finding Nemo tiga belas tahun lalu, Stanton memang ingin sekali menampilkan kelp forest sebagai salah satu setting dalam film. Namun, karena keterbatasan teknologi, hal itu tidak terlaksana. Baru di Finding Dory inilah impian sutradara berusia 50 tahun itu terwujud.

Kemajuan teknologi juga membuat Stanton dengan mudah menggambarkan kondisi cahaya di akuarium MLI yang dipenuhi air. Tim animator Finding Dory tidak perlu lagi memalsukan pantulan cahaya bawah laut dengan menggunakan lighting seperti di Finding Nemo dulu.

Dalam empat tahun terakhir, Pixar memang berhasil menciptakan versi terbaru RenderMan, yaitu rendering software yang sudah mereka gunakan untuk membuat film-film animasi selama 25 tahun. Finding Dory tercacat sebagai film pertama yang menerapkan program termutakhir tersebut.

Selain RenderMan, Pixar juga bekerja sama dengan The Foundry, yang bergerak di bidang grafik komputer, untuk membuat tool baru yang bernama Katana. Fungsinya, untuk mempermudah tim animator dalam melihat preview dari final render.

Alhasil, dengan software dan tool baru tersebut, waktu pembuatan film animasi bisa dipangkas. Sebagai perbandingan, untuk menemukan cara membuat pantulan cahaya dalam fish tank di Finding Nemo, dibutuhkan tenaga 3-4 animator dengan waktu enam bulan. Saat ini, di Finding Dory, hal itu bisa dilakukan secara otomatis.

Hadirnya sejumlah nama tenar seperti Ellen DeGeneres dan Idris Elba sebagai pengisi suara juga membuat film berdurasi 1 jam 45 menit ini lebih menarik perhatian penonton. Bagi Elba, sudah tiga kali dia menjadi dubber dalam film produksi Disney selama tahun 2016 ini. Yaitu, menjadi Chief Bogo di Zootopia, Shere Khan di The Jungle Book, dan singa laut Fluke di Finding Dory ini.

Berbeda dengan Ellen DeGeneres yang tetap memerankan Dory, kali ini Alexander Gould tidak lagi mengisi suara Nemo. Penyebabnya, saat ini dia sudah berumur 22 tahun, bukan lagi bocah sembilan tahun seperti di Finding Nemo dulu. Stanton pun akhirnya memilih Hayden Rolence sebagai penggantinya di Finding Dory.

Semula, Disney berencana merilis Finding Dory pada 25 November tahun lalu. Namun, karena bersamaan dengan jadwal The Good Dinosaur (2015), film produksi Pixar ini pun harus dimundurkan menjadi 17 Juni 2016. Meski demikian, hasilnya tampak memuaskan.

Nyaris semua situs review memberi rating yang positif untuk Finding Dory, yang dinilai jauh lebih apik daripada prekuelnya. Secara box office, film animasi 3D ini juga diharapkan mampu melebihi Finding Nemo yang kala itu mengumpulkan pemasukan hingga USD 936 juta dengan modal "hanya" USD 94 juta.

***

Finding Dory

Sutradara: Andrew Stanton
Produser: Lindsey Collins
Penulis Skenario: Andrew Stanton, Victoria Strouse
Pengarang Cerita: Andrew Stanton
Pemain: Ellen DeGeneres, Albert Brooks, Hayden Rolence, Ed O'Neill, Kaitlin Olson, Ty Burrell, Diane Keaton, Eugene Levy
Musik: Thomas Newman
Sinematografi: Jeremy Lasky
Penyunting: Axel Geddes
Produksi: Walt Disney Pictures, Pixar Animation Studios
Distributor: Walt Disney Studios Motion Pictures
Budget: USD 200 juta
Durasi: 103 menit
Rilis: 16 Juni 2016 (Indonesia), 17 Juni 2016 (Amerika Serikat)

Ratings

IMDb: 8,8
Rotten Tomatoes: 7,7
Metacritic: 7,8




June 10, 2016

Preview Film: The Conjuring 2 (2016)

Inilah film horror yang paling ditunggu tahun ini. Tayang mulai hari Jumat (10/6) di Indonesia. The Conjuring 2. Sekuel dari The Conjuring (2013). Salah satu film horror terbaik dan terseram sepanjang masa selain The Exorcist (1973) dan Poltergeist (1982). Mahakarya sutradara kelahiran Malaysia. James Wan.

Seperti film pertamanya, The Conjuring 2 kembali mengangkat kisah nyata suami-istri investigator paranormal, Ed dan Lorraine Warren. Kasus-kasus supranatural yang pernah ditangani oleh pasangan ini sudah banyak yang difilmkan. Antara lain, The Amityville Horror (1979 dan 2005), The Haunted (1991), The Haunting in Connecticut (2009), The Conjuring (2013), Annabelle (2014), dan yang terbaru, The Conjuring 2: The Enfield Poltergeist (2016) ini.

Ceritanya, pada 1977, Ed Warren (Patrick Wilson) dan Lorraine Warren (Vera Farmiga) dimintai bantuan oleh Peggy Hodgson (Frances O’Connor). Ibu empat anak itu merasa desperate karena mendapati roh jahat telah menghantui rumah yang dihuni keluarganya di Enfield, London.

Di antara keempat anak Peggy, yang paling sering diganggu adalah Janet (Madison Wolfe). Peristiwa poltergeist (benda-benda tajam tiba-tiba melayang seperti memiliki kekuatan magis) kerap menghantui gadis berusia 11 tahun tersebut. Bahkan, ada satu foto asli yang memperlihatkan tubuh Janet melayang di atas kasur setelah dirasuki roh.

Ed dan Lorraine Warren pun memutuskan untuk membantu keluarga Hodgson agar bisa kembali hidup tenang. Mampukah mereka mengusir roh jahat tersebut? Bagaimana dengan nasib Janet? Apakah dia bisa diselamatkan?

Dalam menggarap The Conjuring 2 ini, James Wan memang berusaha tidak menyimpang dari kisah aslinya. Sutradara berusia 39 tahun yang terobsesi dengan boneka-boneka seram itu membuat cerita berdasarkan dokumen asli dari keluarga Hodgson.

Untuk memperkuat orisinalitas film ini, James Wan sampai memasukkan rekaman suara asli roh jahat yang merasuki tubuh Janet pada tahun 1977. Warner Bros. pun tak ketinggalan merilis video trailer berjudul Strange Happenings in Enfield yang menampilkan cuplikan foto-foto asli peristiwa poltergeist yang menghantui keluarga Hodgson.

Lewat YouTube, Warner Bros. juga telah merilis video 360 yang menampilkan suasana rumah Peggy yang mencekam. Dengan menggerakkan mouse, para penonton bisa dengan bebas mengamati setiap sudut ruangan yang menjadi tempat tinggal keluarga Hodgson.

Demi menjaga orisinalitas, James Wan memang membangun rumah sesuai dengan detail aslinya. Warna tembok, dekorasi ruangan, dan kondisi halaman belakang dibuat semirip mungkin dengan rumah keluarga Hodgson pada tahun 1977. Bahkan, rumah para tetangga juga dibangun lengkap seperti aslinya. Pokoknya, harus menggambarkan kondisi perumahan penduduk London pada tahun 1970-an.

Selama ini, James Wan memang dikenal sebagai sutradara yang menekankan sisi artistik pada film-film horror yang digarapnya. Mungkin karena itulah, karya-karya bujangan kelahiran Sarawak ini hampir selalu sukses di pasaran. Sebut saja franchise film Saw (2004) dan Insidious (2011).

Kritikus Owen Geilberman dari Variety pun melontarkan pujian. Teknik pengambilan gambar yang dilakukan oleh Wan memang artistik. Kameranya menyorot tajam, bergerak cepat, dan bergetar. Membuat The Conjuring 2 tampak sangat nyata dan mencekam.

Selain itu, Wan juga menggunakan peralatan canggih untuk menambah efek dramatis dalam film berbujet USD 40 juta ini. Misalnya, dalam adegan yang memperlihatkan Janet berada di ruangan yang penuh salib. Tiba-tiba, salib-salib yang menempel di dinding itu memutar terbalik satu-persatu. Untuk menghasilkan efek tersebut, Wan menggunakan rangkaian mechanical rigs.

Untuk menghasilkan hujan buatan, Wan juga menggunakan built-in rain system. Jadi, saat syuting, adegan yang terjadi benar-benar tampak nyata dan mencekam. Sutradara Fast & Furious 7 tersebut memang ingin memastikan kengerian yang dialami oleh keluarga Hodgson kala itu juga dirasakan oleh para penonton.

Jika respon yang diterima The Conjuring 2 cukup baik, Wan menyatakan ada peluang besar untuk dibuat sekuel ketiganya. Masih banyak kasus dari Ed dan Lorraine Warren yang belum difilmkan. Namun, sepertinya, Wan tidak bisa menjadi sutradaranya karena dia sudah diikat oleh Warner Bros. untuk menggarap proyek lain. Yaitu, Aquaman.

Sejauh ini, sejumlah situs review memberi rating yang cukup positif untuk film berdurasi 134 menit ini. Memang, tidak seseram The Conjuring edisi pertama, menurut beberapa kritikus. Namun, tetap wajib untuk ditonton. Dan tetap mencekam. Terutama, bagi para penonton yang selama ini takut tidur sendirian setelah menonton film horror. Hiiiy..

***

The Conjuring 2


Sutradara: James Wan
Produser: Peter Safran, Rob Cowan
Penulis Skenario: Chad Hayes, Carey Hayes, James Wan, David Leslie Johnson
Pengarang Cerita: Chad Hayes, Carey Hayes, James
Pemain: Vera Farmiga, Patrick Wilson, Frances O’Connor, Madison Wolfe, Simon McBurney, Franka Potente
Musik: Joseph Bishara
Sinematografi: Don Burgess
Penyunting: Kirk M. Morri
Produksi: New Line Cinema, The Safran Company, Atomic Monster, RatPac-Dune Entertainment
Distributor: Warner Bros. Pictures
Budget: USD 40 juta
Durasi: 134 menit
Rilis: 10 Juni 2016

Ratings

IMDb: 8,7
Rotten Tomatoes: 6,6
Metacritic: 6,4


June 07, 2016

Preview Film: Now You See Me 2 (2016)


The Four Horsemen, kelompok pesulap yang beraksi ala Robin Hood modern, kembali muncul dalam Now You See Me 2 mulai hari Rabu (8/6) ini di Indonesia. Kesuksesan seri pertamanya pada tahun 2013, tampaknya, membuat Lionsgate dan Summit Entertainment cukup pede merilis sekuel kedua. Bersaing langsung dengan Warcraft, Teenage Mutant Ninja Turtles 2, The Conjuring 2, Finding Dory dan Independence Day: Resurgence di bulan Juni 2016.

Dengan bujet "hanya" USD 75 juta, film pertama Now You See Mee (NYSM) memang berhasil meraup pemasukan global hingga USD 351 juta. Oleh karena itu, para produser yakin, NYSM 2 juga bakal sukses. Bahkan, saking optimistisnya, sekuel ketiganya pun sudah mereka siapkan.

Berbeda dengan seri perdananya yang dibesut oleh Louis Leterrier, NYSM 2 digarap oleh Jon M. Chu. Sutradara 36 tahun kelahiran Palo Alto, California, keturunan China ini sebelumnya sudah berpengalaman menghasilkan film action superhero G.I. Joe: Retaliation (2013). Sementara itu, Ed Solomon tetap menjadi penulis skenarionya.

Selain sutradara baru, NYSM 2 juga mengusung beberapa karakter anyar. Salah satunya yang paling menarik perhatian adalah Daniel Radcliffe. Jika sebelumnya akrab dengan mantra-mantra sihir dalam franchise Harry Potter, kali ini dia harus bercumbu dengan berbagai trik sulap.

Selain Radcliffe, bintang anyar lainnya adalah Lizzy Caplan. Anggota baru The Four Horsemen ini menggantikan Isla Fisher (di seri pertama memerankan Henley Reeves), yang kali ini absen karena sedang hamil. Di samping itu, juga ada aktor Mandarin pujaan ibu-ibu muda, Jay Chou. Karakternya masih belum jelas. Tapi, sepertinya, dia memerankan tokoh antagonis bernama Li.

Ketiga pendatang baru di atas berkolaborasi dengan enam bintang lawas yang sebelumnya tampil di NYSM. Yaitu, Mark Ruffalo, Jesse Eisenberg, Woody Harrelson, Dave Franco, Michael Caine, dan Morgan Freeman. Sayangnya, si cantik Melanie Laurent, yang dulu berperan sebagai Alma Dray, kali ini tidak muncul.

NYSM 2 sendiri mengambil setting satu tahun setelah kejadian di film pertama. The Four Horsemen kembali terlibat dalam petualangan yang menegangkan. Aksi ala Robin Hood tetap mereka lakukan dengan mencuri uang para pebisnis korup dan membagi-bagikannya kepada para penonton yang menghadiri show mereka.

Setelah berhasil mengelabui kejaran FBI dan mendapat pujian dari masyarakat luas, The Four Horsemen berencana untuk membongkar praktik kotor dari sebuah perusahaan teknologi. Kali ini yang menjadi lawan mereka adalah seorang tech prodigy bernama Walter Mabry (Daniel Radcliffe). Yang tak lain adalah anak Arthur Tressler (Michael Caine). Musuh utama di NYSM seri perdana.

Kejeniusan Walter, yang seorang penguasa teknologi tersebut, memaksa The Four Horsemen melakukan aksi pencurian paling mustahil yang belum pernah terjadi sepanjang karier mereka. Atraksi sulap dan ilusi canggih apalagi yang kali ini bakal dimunculkan?

Di Amerika, NYSM 2 baru dirilis pada tanggal 10 Juni 2016. Dua hari lebih lambat daripada di Indonesia. Sejauh ini, sejumlah situs review memberi rating rata-rata. Tidak jelek, tapi juga tidak bagus. Masih jauh bila dibandingkan The Prestige (2006) besutan Christopher Nolan, yang disebut-sebut sebagai salah satu film sulap terbaik sepanjang masa. Meski demikian, secara box office, tetap ada peluang bagi film berdurasi 129 menit ini untuk mendulang kesuksesan seperti pendahulunya.

***

Now You See Me 2

Sutradara: Jon M. Chu
Produser: Bobby Cohen, Alex Kurtzman, Roberto Orci
Penulis Skenario: Ed Solomon
Pengarang Cerita: Peter Chiarelli, Ed Solomon
Berdasarkan: Karakter-karakter ciptaan Boaz Yakin dan Edward Ricourt
Pemain: Jesse Eisenberg, Mark Ruffalo, Woody Harrelson, Dave Franco, Daniel Radcliffe, Lizzy Caplan, Jay Chou, Michael Caine, Morgan Freeman
Musik: Brian Tyler
Sinematografi: Peter Deming
Penyunting: Stan Salfas
Produksi: K/O Paper Products
Distributor: Summit Entertainment
Durasi: 129 menit
Rilis: 8 Juni 2016 (Indonesia), 10 Juni 2016 (Amerika Serikat)

Ratings

IMDb: 7,4
Rotten Tomatoes: 5,3
Metacritic: 6,0




June 04, 2016

Preview Film: Teenage Mutant Ninja Turtles: Out of the Shadows (2016)


Meski mendapat review negatif, film reboot Teenage Mutant Ninja Turtles (TMNT) yang dirilis pada tahun 2014 mampu mereguk pemasukan hampir USD 500 juta. Dengan modal hanya USD 125 juta. Mungkin, kesuksesan inilah yang memicu Paramount Pictures dan Nickelodeon Movies untuk membuat sekuelnya, TMNT2. Yang semula diberi subjudul Half Shell, sebelum akhirnya diganti menjadi Out of the Shadows.

Berbeda dengan TMNT seri pertama yang dibesut Jonathan Liebesman, TMNT2 digarap oleh Dave Green, sutradara Earth to Echo (2014). Sementara itu, Michael Bay, yang terkenal dengan franchise Transformers-nya, tetap bertindak sebagai produser. Tak heran, aroma adegan action ala Transformers terasa kental di film berdurasi 112 menit ini. Demikian juga dengan musiknya yang diracik oleh Steve Jablonsky.

Kabarnya, budget yang dihabiskan untuk membuat TMNT2 mencapai USD 135 juta. Sedikit lebih mahal daripada film pendahulunya. Biaya sebesar itu tergolong wajar. Karena penggunaan teknologi sangat mendominasi film berformat 3-dimensi (3D) ini.

Special effect CGI (computer generated imagery) yang ditampilkan juga cukup lumayan. Banyak adegan seru yang dihasilkan. Salah satunya, saat keempat kura-kura ninja terjun bebas dari pesawat. Sutradara Dave Green menjamin, para penonton bakal merasa ikut terbang saat melihat kualitas gambar yang mereka sajikan.

Dibandingkan dengan film yang pertama, TMNT2 menampilkan lebih banyak karakter. Baik protagonis maupun antagonis. Selain Bebop (Gary Anthony Williams) dan Rocksteady (Stephen Farelly), serta The Shredder (Brian Tee) dengan penampilan barunya, juga bakal muncul villain yang cukup ikonis, yaitu Krang (Brad Garrett).

Di versi kartun, Krang adalah sosok alien dari galaxy Dimension X yang berbentuk semacam otak bertentakel dan berwarna pink. Dia melakukan aktivitas dengan hidup di perut sebuah robot gendut. Makhluk menjijikkan ini kemudian bekerja sama dengan Shredder, yang dibantu oleh Karai (Brittany Ishibashi), Bebop, Rocksteady, dan Foot Clan-nya, untuk menginvasi bumi. Yang dimulai dari Kota New York.

Selain Krang, tokoh antagonis yang tak boleh dilupakan adalah Dr. Baxter Stockman (Tyler Perry). Yang diperintahkan oleh Shredder untuk membuka portal Dimension X. Sosok ilmuwan sinting ini pulalah yang mengubah dua berandalan, Bebop dan Rocksteady, menjadi mutan pandir berwujud badak dan babi hutan. Dengan menggunakan serum pemberian Krang.

Di lain pihak, Leonardo (Pete Ploszek), Donatello (Jeremy Howard), Raphael (Alan Ritchson), dan Michaelangelo (Noel Fisher) kali ini juga mendapat bantuan tambahan untuk melawan Shredder dkk. Selain Master Splinter (Danny Woodburn), April O’Neil (Megan Fox) dan sang kameramen, Vern Fenwick (Will Arnett), empat sekawan Kura-Kura Ninja tersebut disokong oleh Casey Jones (Stephen Amell). Sosok pahlawan bertopeng yang bersenjatakan stick hockey.

Bagi penggemar serial televisi Arrow-nya DC Comics, Stephen Amell tentu bukan wajah yang asing. Menurut Amell, ada kemiripan antara Casey dengan Oliver Queen alias Arrow yang dia perankan. Keduanya sama-sama vigilante. Yang membela kebenaran di luar koridor hukum.

Dibandingkan dengan film-film superhero lainnya, dari segi cerita, franchise TMNT memang agak berbeda. Selain aksi dan animasi, unsur humornya juga sangat kental. Bahkan, sutradara Dave Green menjadikan komedi sebagai segi utama yang dia tonjolkan, terutama lewat sosok Michaelangelo.

Sayangnya, setelah diputar secara terbatas di Madison Square Garden, New York, pada tanggal 22 Mei 2016 yang lalu, para pengamat menyambut negatif TMNT2. Plot ceritanya dianggap mengalir terlalu cepat. Karakter tokoh-tokohnya, terutama para villain, tidak tergali dengan maksimal. Mereka hanya mendapat porsi kecil.

Alhasil, sejauh ini, sejumlah situs review memberi rating yang kurang positif untuk TMTN2. Meski demikian, seperti seri pendahulunya, film yang sudah tayang di Indonesia sejak hari Rabu (1/6) ini diramal tetap mampu menuai profit. Kehadiran si sexy Megan Fox tetap menjadi magnet tersendiri untuk menarik penonton. Para produser pun kabarnya sudah menyiapkan sekuel ketiganya.

***

Teenage Mutant Ninja Turtles: Out of the Shadows

Sutradara: Dave Green
Produser: Michael Bay, Andrew Form, Brad Fuller, Scott Mednick, Galen Walker
Penulis Skenario: Josh Appelbsum. Andre Nemec
Diadaptasi dari: Teenage Mutant Ninja Turtles by Kevin Eastman & Peter Laird
Pemain: Megan Fox, Stephen Amell, Will Arnett, Brian Tee, Tyler Perry, Brittany Ishibashi, Laura Linney
Musik: Steve Jablonsky
Sinematografi: Lula Carvalho
Penyunting: Jim May, Bob Ducsay
Produksi: Nickelodeon Movies, Platinum Dunes, Gama Entertainment, Mednick Production, Smithrowe Entertainment
Distributor: Paramount Pictures
Budget: USD 135 juta
Durasi: 112 menit
Rilis: 1 Juni 2016 (Indonesia), 3 Juni 2016 (Amerika Serikat)

Ratings

IMDb: 6,8
Rotten Tomatoes: 4,7
Metacritic: 4,2