April 28, 2009

2009 F1 Chinese GP – Shanghai: Review

Seri ketiga Formula 1 2009 sudah berlangsung sore tadi. Sempat mengkhawatirkan karena sebelum start hujan sudah turun dan terpaksa dimulai di belakang safety car. Memang cukup berbahaya bila start normal dilaksanakan karena hujan cukup deras dan angin cukup kencang melanda Shanghai. Jalannya lomba sendiri berjalan sesuai dengan prediksi saya kemarin dan relatif tidak ada kejutan yang terjadi meskipun sepanjang lomba dalam keadaan basah dan hujan. Sesuai dengan perkiraan, pole sitter Sebastien Vettel kali meraih victory kedua sepanjang karirnya dan mempersembahkan victory pertama bagi tim Red Bull sepanjang keikutsertaannya di F1. Bahkan dalam lomba kali ini, Red Bul sukses finis posisi 1-2. Di belakang Vettel, finis rekan setimnya dari Australia, Mark Webber, yang start dari posisi ketiga. Fernando Alonso yang diramal mampu membuat kejutan karena start di posisi kedua harus puas finis di posisi kesembilan. Sebastien Vettel sendiri sebenarnya bisa meraih podiumnya yang pertama pada seri pertama di Melbourne. Tapi dasar sial, hanya beberapa lap sebelum finis dia bertabrakan dengan Robert Kubica. Lebih sial lagi dia dijatuhi sanksi tambahan (mundur 10 posisi start pada lomba berikutnya di Sepang) karena tidak langsung menepikan mobilnya setelah bertabrakan. Pada lomba tadi, hampir saja Vettel sial lagi. Tadi dia sempat ditabrak dari belakang oleh Sebastien Buemi, tapi untungnya tidak sampai mempengaruhi mobilnya dan bisa tahan sampai finish. Mobil Vettel sendiri sempat mengkhawatirkan sejak babak kualifikasi kemarin. Sewaktu kualifikasi kemarin Vettel hanya melakukan one lap saja karena takut mobilnya bermasalah, tapi dengan one lap saja dia mampu mencatat waktu terbaik dan merebut pole position pertamanya tahun ini. Bagaimana dengan Brawn GP? Setelah dominan di dua lomba awal, kali ini Brawn kebagian finis di posisi 3-4 melalui Button dan Barrichello. Otomatis ambisi Button untuk mencetak hat-trick harus gagal kali ini. Setelah 3 lomba dilakukan, peta kekuatan tampaknya semakin seru dan merata. Saat ini Brawn mendapatkan tantangan yang serius dari Red Bull, dan lomba-lomba ke depan tampaknya persaingan akan semakin seru. Di belakang mereka masih ada Toyota dan Williams yang sebenarnya punya potensi yang sama. Pada lomba tadi, Jarno Trulli dari Toyota sebenarnya punya peluang naik podium, tapi sayang mobilnya ditabrak dari belakang oleh Robert Kubica. Sedangkan rekan setimnya, Timo Glock, berhasil menyumbang poin dengan finish posisi ketujuh. Williams juga sedang mengejar victory pertamanya musim ini dan tampaknya Nico Rosberg punya potensi untuk mewujudkannya pada lomba-lomba yang akan datang. Yang patut dicatat, pada lomba tadi McLaren menunjukkan perkembangan yang cukup baik, mereka finish posisi 5-6 melalui Kovalainen dan Hamilton. Dengan kekuatan finansial yang mereka miliki, bukan tidak mungkin dalam waktu yang tidak lama mereka bisa mengembangkan mobilnya lebih baik lagi, apalagi diffuser ala Brawn sekarang dilegalkan dan hampir dipastikan tim-tim kaya seperti McLaren akan menggunakannya juga pada lomba-lomba yang akan datang. Kuda hitam musim ini adalah Scuderia Toro Rosso dan Renault. Sepertinya musim ini mereka mampu untuk minimal mencuri podium, apalagi Renault punya pembalap super, Fernando Alonso, dan STR memiliki “rookie of the year” Sebastien Buemi yang tampil cukup “lumayan” pada awal musim ini. Gelar tim terburuk awal musim ini layak disematkan kepada tiga tim: Ferrari, BMW, dan Force India. Untuk pertama kalinya sejak 1991, Ferrari tidak mendapatkan poin alias NOL BESAR pada 3 lomba awalnya. Tampaknya si merah perlu berbenah agar sebutan From Hero to Zero tidak diberikan pada mereka pada akhir musim nanti. Demikian juga dengan BMW, mereka harus sangat bekerja keras untuk bisa mengembalikan posisinya seperti tahun lalu. Tapi bagaimanapun juga, dengan finansial yang dimiliki, Ferrari dan BMW tetap punya potensi untuk berkembang dengan cepat, jadi peluang mereka belum habis, baru 3 lomba yang dijalani, cepat atau lambat mereka pasti kembali ke posisi yang semestinya. Force India? Sempat diprediksi untuk minimal merebut poin musim ini, tampaknya masih jauh dari realitas. Praktis, saat ini Force India adalah tim terlemah, padahal pembalap mereka sebenarnya tidak bisa diremehkan. Dengan Giancarlo Fisichella, salah satu pembalap veteran dan penuh pengalaman di F1, dan Adrian Sutil, salah satu pembalap muda yang punya kemampuan mumpuni, seharusnya Force India mampu mengejutkan musim ini, kita tunggu saja. Bagaimana dengan pembalap yang paling mengecewakan di awal musim ini? Hanya ada dua nama, yaitu: Felipe Massa dan Robert Kubica. Setelah mendominasi dua musim terakhir, kali ini mereka sangat payah! Mungkin ada benarnya kalau para pengamat mengatakan bahwa Massa dan Kubica bisa hebat karena mobilnya, bukan karena kemampuannya. Massa berkali-kali salah strategi dan pada balapan tadi dia juga gagal finish. Kubica pantas diberi gelar spesialis tabrakan karena pada seri pertama di Melbourne dia menabrak Vettel hanya beberapa lap menjelang finis dan tadi dia menabrak Jarno Trulli yang punya peluang untuk naik podium. Tampaknya Massa dan Kubica harus bekerja keras untuk membuktikan bahwa mereka memang hebat bukan karena mobil, dan musim ini adalah saat yang tepat karena mereka saat ini tidak mendapatkan mobil yang terbaik seperti biasanya. Minggu depan, seri balap jet darat ini akan berlanjut di Bahrain. Peta kekuatan sepertinya tidak akan banyak berubah. Brawn, Red Bull, Toyota, dan Williams kemungkinan besar masih akan dominan. Di belakangnya ada Renault, McLaren siap menyodok dan semoga Ferrari dan BMW bisa sedikit lebih baik lagi. Minimal Ferrari harus dapat poin supaya mereka tidak malu. Saya tidak habis pikir kalau sampai empat lomba berturut-turut Ferrari NOL BESAR lagi. Dunia tampaknya sudah terbalik hehehe....sampai jumpa minggu depan di Bahrain!!!

2009 F1 Chinese GP – Shanghai: Preview

Balap F1 musim ini makin seru saja, dan saat ini memasuki lomba ketiga di sirkuit Shanghai. Siang tadi babak kualifikasi baru saja selesai dilakukan dan hasilnya makin menunjukkan bahwa persaingan musim ini akan semakin menarik. Bila dua balapan pertama di Melbourne dan Sepang didominasi oleh Brawn GP, di Shanghai giliran Red Bull (dan Renault – karena posisi 2 starting grid ditempati Alonso dari Renault dan Red Bull sendiri menggunakan mesin Renault). Ya, di balapan kali ini Red Bull merebut pole position untuk pertama kalinya dan sekaligus juga P3 starting grid.
Adalah “Der Wunder Kid” Sebastien Vettel yang mencetak sejarah untuk Red Bull dengan menempati pole position sedangkan rekan Aussie-nya Mark Webber menempati P3. Setelah sempat mengejutkan tahun lalu bersama Scuderia Toro Rosso dengan merebut kemenangan pertamanya, tahun ini Vettel akan mengejar kemenangan keduanya, ketiganya, keempatnya, dan……Ya si anak ajaib ini sepertinya sedang dalam trend yang meningkat tahun ini. Waktu seri pertama di Melbourne, Vettel hampir naik podium, tapi sayang hanya beberapa lap menjelang finis dia bertabrakan dengan Robert Kubica. Sialnya lagi, setelah lomba dia dikenai sanksi karena tidak langsung menghentikan mobilnya setelah terjadi tabrakan. Terpaksa di Sepang dia turun 10 posisi start. Di balapan ke-3 ini sepertinya keadaan masih baik-baik saja, semoga besok dia tidak kembali sial sehingga bisa merebut victory kedua sepanjang karirnya, atau minimal naik podium.
Penantang Vettel di balapan besok adalah Fernando Alonso. World Champion 2 kali ini tampil mengejutkan bersama Renault dan merebut P2, posisi start terbaiknya sejak GP Spanyol 2008. Yang menjadi problem bagi Alonso mungkin masalah daya tahan mobil yang sering angin-anginan. Posisi ketiga adalah rekan setim Vettel, yaitu Mark Webber. Pembalap senior ini juga punya peluang yang sama untuk merebut victory pertamanya musim ini.
Dimana Brawn GP? Setelah mendominasi di dua seri awal, di Shanghai sepertinya Brawn bakal mendapat tantangan serius dari Red Bull dan Renault, apalagi di belakangnya masih ada Trulli dengan Toyota-nya yang sudah bertekad merebut victory pertamanya juga. Tapi asalkan tidak membuat kesalahan, Jenson Button sepertinya masih punya kans besar untuk mencetak hat-trick di Shanghai, minimal naik podium.
Gimana kabarnya tim silver dan tim merah kesayangan kita semua? Tampaknya masih berat, meskipun Hamilton menunjukkan perkembangan yang cukup significant di kualifikasi kali ini. Mungkin podium masih bisa diraih dengan kerja keras tentunya. Si merah? Hmm..peluangnya lebih kecil daripada si silver..:)
Satu lagi masalah yang cukup mengganggu adalah soal ban. Di seri balap kali ini, Bridgestone menyediakan 2 jenis ban, yaitu medium dan super soft. Di babak kualifikasi tadi, ban super soft memang terbukti cepat, tapi problemnya juga cepat habis dipakai sehingga tidak tahan lama. Padahal pada setiap lomba 2 jenis ban tersebut harus digunakan. Jadi strategi tiap tim sangat penting untuk menentukan kapan ban super soft dipakai. Bila salah perhitungan bisa sangat fatal akibatnya.
OK, tinggal kita tunggu besok siapa yang finis pertama, dan semoga tidak hujan. Babak kualifikasi tadi cerah. Jadi semoga besok juga cerah... dan jangan sampai kejadian di Sepang dua minggu lalu terulang, supaya pembalap happy, penonton happy, dan sponsor juga happy...hehehe
Have a nice race....have a nice weekend... c u in F1 GP Shanghai Review tomorrow!

In Guus We Trust

Babak perempat final UEFA Champions League 2009 sudah berakhir dengan hasilnya 4 tim melaju ke semifinal, ada juara bertahan Manchester United yang dengan susah payah mengatasi perlawanan FC Porto, Arsenal, Barcelona, dan Chelsea. Babak semifinal akan mempertemukan Chelsea kontra Barcelona, dan England’s derby Arsenal vs MU. Dengan hasil ini semakin mengukuhkan dominasi klub-klub Inggris selama 5 tahun terakhir, tercatat selama 5 musim terakhir klub Inggris selalu lolos ke final, termasuk final tahun 2009 ini karena dengan bertemunya MU dan Arsenal di semifinal secara otomatis Inggris menempatkan satu wakilnya di final. Calon lawannya antara Chelsea atau Barca. Banyak pengamat memprediksikan di final yang akan digelar di Roma akan mempertemukan MU vs Barca. Karena memang 2 tim ini yang penampilannya paling konsisten musim ini. Tetapi bukan berarti Chelsea dan Arsenal tidak punya peluang. Harap diingat bahwa Arsenal adalah finalis tahun 2006 dan Chelsea adalah finalis tahun lalu. Uniknya tahun 2006 Arsenal kalah di final oleh Barca dan Chelsea tahun lalu menangis karena kalah adu penalty yang menyakitkan oleh MU. Jadi peluang untuk bertemunya 2 tim yang penuh dendam ini di final juga masih terbuka lebar. Apalagi kedua tim adalah musuh abadi karena sama-sama berasal dari London dan akan menjadi London’s derby pertama yang terjadi di final Champions League bila Chelsea jadi bertemu Arsenal. Saya pribadi lebih memilih Chelsea vs MU di final. Kalau benar-benar terjadi, itu akan menjadi final yang penuh aroma dendam dan ulangan final tahun lalu. Chelsea tentu akan bermain habis-habisan supaya tidak malu lagi seperti tahun lalu. Dan tahun ini Chelsea punya senjata hebat yang tidak dimiliki tahun lalu. Senjata itu bernama Guus Hiddink. Ya, pelatih senior asal Belanda ini adalah factor penting di balik penampilan impresif Chelsea musim ini. Setelah sempat melempem di awal musim, waktu itu ditangani Luiz Scolari, Chelsea berubah menjadi kekuatan menakutkan di bawah polesan tangan midas Guus Hiddink. Guus Hiddink sendiri bukan sosok yang baru di Champions League. Pada tahun 1988 dia berhasil membawa PSV Eindhoven menjuarai Champions Cup (sebelum berubah menjadi Champions League). Tahun 1988, Alex Fergusson (MU) dan Arsene Wenger (Arsenal) masih belum menjadi pelatih terkenal seperti sekarang, bahkan Josep Guardiola (Barca) tahun itu masih menjadi pemain sepakbola junior! Di tingkat timnas, rekor Hiddink juga tak kalah hebat. Tahun 1998 dia membawa Belanda menembus semifinal FIFA World Cup dan hanya kurang beruntung karena kalah adu penalty melawan Brazil. Tahun 2002 adalah puncak prestasinya sewaktu dia secara mengejutkan mampu membawa timnas Korea menembus semifinal FIFA World Cup, menjadi prestasi tertinggi wakil Asia sampai saat ini. World Cup 2006, sentuhan midasnya masih berlanjut. Dia berhasil membawa Australia untuk pertama kali lolos ke babak kedua dan hanya kalah kontroversial dari Italia yang akhirnya menjadi juara. Dan yang paling gres, tahun 2008 kemarin, dia membalikkan prediksi semua orang dengan membawa Rusia menembus semifinal Euro 2008. Karena kehebatannya itulah sebutan In Guus We Trust muncul. Slogan ini merupakan plesetan dari semboyan negara Amerika Serikat, In God We Trust. Pertanyaannya, mampukan tahun ini Hiddink membawa Chelsea menjadi juara Champions League untuk pertama kalinya? Sebagai catatan, selain melatih Chelsea, saat ini Hiddink juga merangkap jabatan sebagai pelatih Rusia,yang sedikit banyak akan mengganggu konsentrasinya. Tapi apapun problemnya, saya tetap percaya dia mampu melewatinya. Sampai bertemu di Roma. In Guus We Trust!!!