February 16, 2017

Preview Film: Split (2016)


Nama M. Night Shyamalan mulai diakui sebagai legenda di jagad perfilman Hollywood setelah menelurkan The Sixth Sense pada tahun 1999. Sebagai seorang sutradara muda, usianya baru 28 tahun kala itu, Shyamalan dinilai mampu menghasilkan sebuah mahakarya dengan twist ending yang menakjubkan.

Film yang dibintangi oleh Bruce Willis tersebut, bahkan, dianggap sebagai film dengan twist ending (kejutan di bagian akhir) yang paling terkenal hingga saat ini. Shyamalan, yang juga tampil sebagai cameo (memerankan karakter bernama Dr. Hill), berhasil "menipu" para penonton sepanjang film karena tidak ada yang menduga bahwa ending-nya bakal seperti itu.

Berbagai kritikus dan situs review pun akhirnya memberi rating yang positif untuk The Sixth Sense. Secara finansial, film berbujet USD 40 juta tersebut juga sangat sukses karena berhasil meraup pemasukan hingga USD 673 juta.

Setelah kesuksesan The Sixth Sense, Shyamalan tidak berhenti berkarya. Sutradara kelahiran India dengan nama asli Manoj Shyamalan tersebut kemudian juga menghasilkan film-film yang sukses secara finansial dan mendapat respon positif dari para kritikus, seperti Unbreakable (2000), yang kembali dibintangi oleh Bruce Willis, dan film tentang alien, Signs (2002), yang mengandalkan Mel Gibson sebagai aktor utamanya.

Sayangnya, setelah menghasilkan The Village (2004), Shyamalan seakan-akan "lupa" cara membuat karya yang menarik dan dahsyat seperti The Sixth Sense, Unbreakable, dan Signs. Film-film dia selanjutnya, seperti The Last Airbender (2010) dan After Earth (2013), memang tergolong film blockbuster dengan bujet jumbo dan meraup pemasukan hingga ratusan juta dollar, namun dianggap sebagai "sampah" oleh para kritikus.

Baru pada tahun 2016 kemarin, sutradara berusia 46 tahun itu bangkit kembali. Ya, M. Night Shyamalan is back! Split, film psychological thriller, yang memang menjadi spesialisasinya, disambut dengan sangat antusias oleh para kritikus setelah tayang perdana di Fantastic Fest pada 26 September 2016 dan AFI Fest pada 15 November 2016.

Shyamalan menandai comeback-nya bersama Split dengan menyajikan satu hal: twist ending yang super mengejutkan dan membuat para penonton terhenyak, bahkan, setelah meninggalkan gedung bioskop. Seperti halnya The Sixth Sense dulu.

Saking mengejutkannya, saat dirilis di Amerika Serikat pada 20 Januari 2017 yang lalu, Split langsung bikin heboh. Bahkan, kehebohannya mungkin menyaingi acara inagurasi pergantian presiden dari Barack Obama ke Donald Trump!

Split sendiri mengisahkan tentang pria bernama Kevin Wendell Crumb (James McAvoy) yang menderita dissociative identity disorder (DID), sejenis gangguan kejiwaan yang dulu disebut multiple personalities disorder, alias seseorang yang memiliki lebih dari satu kepribadian. Tak tanggung-tanggung, tokoh Kevin di film berdurasi 117 menit ini diceritakan punya 24 identitas!

Pada suatu hari, salah satu kepribadian Kevin yang bernama Dennis membuat ulah. Dia menculik tiga cewek ababil dari sebuah tempat parkir untuk dipersembahkan kepada The Beast, salah satu kepribadian Kevin yang paling ganas, kuat, dan cepat, serta doyan memangsa daging manusia!

Ketiga gadis remaja yang bernama Casey Cooke (Anya Taylor-Joy), Claire Benoit (Haley Lu Richardson), dan Marcia (Jessica Sula) itu kemudian disekap di ruang bawah tanah tanpa jendela. Dalam upaya mereka untuk membebaskan diri, Casey dkk "bertemu" dengan berbagai kepribadian Kevin yang lain.

Salah satunya adalah Hedwig, bocah 9 tahun, sangat enerjik, tetapi juga paling rapuh, dan sangat terobesi kepada Kanye West. Dia juga naksir salah satu gadis yang diculik oleh Dennis. Pada hari yang lain, yang datang adalah Mrs. Patricia, seorang tante-tante paro baya yang hobi memakai sweater turtleneck dan high heels. Dia sangat disiplin dan tegas, layaknya kepala sekolah asrama.

Selain Hedwig dan Mrs. Patricia, salah satu kepribadian Kevin yang menarik adalah Barry, seorang pria ekstrovert, berjiwa pemimpin, sikapnya manis, dan sangat terobsesi pada fashion. Busananya selalu rapi dan tutur katanya santun. Dari ke-24 personality, Barry inilah yang paling mudah diatur dan paling sering berbicara dengan Dr. Karen Fletcher (Betty Buckley), psikiater yang menangani Kevin.

Dr. Fletcher-lah yang selama ini selalu setia membantu Kevin untuk mengatasi DID yang dideritanya. Dia juga yakin, dalam kasus ekstrem, DID bisa menyebabkan perubahan fisiologis pada pengidapnya. Mungkin, itulah penyebab mengapa tubuh Kevin bisa berubah menjadi The Beast, yang kekar, kuat, dan gerakannya cepat, layaknya superhuman!

Sementara itu, Dennis, si penculik, merupakan penderita obsessive-compulsive disorder (OCD) yang badannya berotot dan berkarakter genit. Dia pernah "menyamar" sebagai Barry dalam sebuah kunjungan konsultasi ke Dr. Fletcher.

Menurut M. Night Shyamalan, dia memang sengaja membangun 24 personality yang berbeda dengan tidak didasarkan pada masa lalu Kevin seperti kasus DID pada umumnya. Mereka adalah pribadi-pribadi spesial yang "lahir" untuk menjalankan suatu fungsi dalam tubuh dan pikiran Kevin.

Shyamalan mengaku sudah lama ingin membuat film dengan latar belakang DID. Tepatnya, setelah The Sixth Sense tayang pada tahun 1999. Sebelum membuat Unbreakable (2000), karakter Kevin sebenarnya sudah ada di dalam benaknya.

Selama 15 tahun berikutnya, Shyamalan pun mempelajari segala literatur dan segala hal tentang DID. Hasilnya, dia memiliki teori sendiri soal gangguan mental tersebut. Menurutnya, pikiran pengidap DID mampu memproteksi diri sendiri. Mereka mampu melakukan apa yang kita tidak bisa lakukan.

Berkat penelitian panjangnya tersebut, Shyamalan mampu membesut Split dengan sangat ciamik. Dia jugalah yang menulis skenario film rilisan Universal Pictures ini. James McAvoy mengaku bisa berakting sempurna, bahkan, memerankan 24 karakter berbeda sekaligus, salah satunya berkat pemahaman mendalam Shyamalan tentang DID.

James McAvoy sendiri sebenarnya bukan pilihan pertama untuk memerankan sosok Kevin. Pada mulanya, Shyamalan mengincar Joaquin Phoenix, yang pernah bekerja sama dengannya di film Signs dan The Village, sebagai aktor utama. Namun, karena jadwalnya bentrok, Phoenik akhirnya batal membintangi Split.

Untungnya, Shyamalan kemudian menemukan James McAvoy pada menit-menit terakhir. Dan, tampaknya, dia tidak menyesali keputusannya setelah memilih bintang franchise X-Men tersebut. McAvoy mampu tampil apik. Dia tidak hanya memerankan Kevin seorang, namun juga dengan sempurna memainkan seluruh karakternya yang berjumlah 24 identitas tersebut! Bisa dibilang, Split menjadi panggung pertunjukan tunggal bagi McAvoy.

Totalitas McAvoy memang patut mendapat pujian. Padahal, dia baru ditunjuk sebagai pemeran utama hanya sebulan sebelum proses syuting film Split dimulai. Alhasil, aktor yang melejit setelah membintangi Wanted (2008) bersama Angelina Jolie itu diburu waktu untuk melakukan persiapan.

Demi tuntutan peran, McAvoy harus membentuk tubuhnya menjadi lebih berotot dalam waktu singkat. Selain rutin nge-gym dan melakukan power lifting, dia juga menerapkan diet ketat dengan memakan 5.000-6.000 kalori per hari. McAvoy selalu melahap delapan butir telur, dada ayam, dan salmon sebelum melakukan syuting.

Di samping melakukan persiapan fisik, McAvoy juga melakukan pendalaman karakter. Sejumlah riset tentang penderita DID dia pelajari. Dari hasil penelitiannya, aktor asal Skotlandia itu menjadi tahu, ternyata banyak pengidap DID yang menyimpan diary dalam bentuk video. Menurutnya, para pasien DID punya kebutuhan konstan untuk terus menunjukkan diri kepada dunia.

Meski sulit, McAvoy mengaku sangat menikmati perannya di Split. Menurutnya, skenario yang ditulis oleh Shyamalan sangat fun dan menantang. Banyak plot twist di dalamnya yang bakal membuat para penonton terkejut. Satu pertanyaan bakal dijawab dengan pertanyaan lain secara konstan. Dan, apa yang diungkapkan di film ini, semuanya adalah fakta.

Mengenai twist ending yang kabarnya bakal membuat para penonton shock, itu adalah kekuatan terbesar dari Split. Gaya khas Shyamalan di film-filmnya selama ini memang gemar menyajikan sesuatu yang tak terduga di bagian akhir.

Sejak dipromosikan tahun lalu, para calon penonton memang mengira Split adalah sebuah film psychological thriller. Bahkan, saat menonton, hingga film hampir berakhir, orang-orang masih menganggap bahwa Split adalah sebuah psychological thriller yang mencekam.

Hingga akhirnya, di bagian ending, kabarnya, ada satu adegan tambahan yang mengubah segalanya. Ada satu karakter penting, yang diperankan oleh aktor kawakan (Oh.. Oh.. Siapa dia?), tiba-tiba muncul dan mengucapkan sebuah nama. Genre-nya pun langsung berubah. Bukan lagi psychological thriller. Ini bukan twist ending. Seperti yang dikatakan oleh McAvoy, seluruh film Split sebenarnya adalah sebuah twist!

Para penonton di Amerika, kabarnya, banyak yang kaget, sekaligus bingung. Namun, setelah sadar, mereka akhirnya kagum dan bersorak. M. Night Shyamalan mendapat banyak pujian karena telah menghadirkan gebrakan spektakuler di dunia film. Dia menampilkan satu adegan di bagian akhir yang mampu mengubah pandangan terhadap seluruh film yang baru selesai ditonton!

Sedikit bocoran, Split berada di universe yang sama dengan salah satu film Shyamalan sebelumnya. Apakah itu The Sixth Sense, Unbreakable, Signs, atau The Village? Silakan para filmania tebak sendiri. Hehe... Setting lokasinya pun sama, di sebuah kota, di Pantai Timur Amerika Serikat. Kota apa, ya? Hmmm..

Dalam sebuah wawancara, Shyamalan mengaku sempat khawatir bahwa ending film Split bakal bocor. Karena itu, saat diputar untuk screening test, ending tersebut tidak ditayangkan. Shyamalan ingin Split tetap dianggap sebagai psychological thriller oleh para calon penonton, meski pada akhirnya bukan seperti genre yang dipromosikan!

Menurut Shyamalan, karakter Kevin, si penderita DID, memang sudah ada sejak lama. Dia sudah ada dan selalu ada saat Shyamalan menulis naskah salah satu filmnya yang dulu, yang satu universe dengan Split. Bisa dibilang, Kevin sebenarnya adalah karakter orisinal dari film tersebut, tapi tidak dimunculkan!

Bahkan, Shyamalan juga menyatakan bakal membuat sekuel yang merupakan percampuran antara Split dengan film terdahulunya tersebut. Para pemain lawas yang dulu terlibat sudah bersedia untuk bergabung kembali. Plot ceritanya pun sudah di tangan. Sebanyak 11 halaman. Kini, Shyamalan sudah mulai menulis skenarionya.

Oh, ya. Seperti di film-film sebelumnya, Shyamalan juga ikut tampil di Split sebagai cameo. Dia memerankan karakter bernama Jai, seorang satpam di apartemen Dr. Fletcher. Selalu muncul di film garapannya sendiri, meski hanya sekilas, seolah sudah menjadi trademark bagi sutradara sekaligus screenwriter keturunan India tersebut.

Setelah tayang perdana di Amerika pada bulan Januari yang lalu, Split langsung mendapat sambutan positif dari berbagai kritikus dan situs review. Secara finansial, film dengan durasi terlama (117 menit) yang pernah digarap oleh Shyamalan ini juga sukses besar. Hingga kini, berhasil mengantongi pemasukan USD 170 juta. Padahal, bujetnya "hanya" USD 9 juta.

Bahkan, pada pekan perdana pemutaran di Amerika, Split (USD 40 juta) mampu mengalahkan pendapatan film blockbuster xXx: Return of Xander Cage (USD 20 juta) yang bujetnya mencapai USD 85 juta. Para pengamat film pun ternganga. Ini belum pernah terjadi sebelumnya dan belum pernah terbayang. M. Night Shyamalan mengangkangi Vin Diesel di box office!

***

Split

Sutradara: M. Night Shyamalan
Produser: M. Night Shyamalan, Jason Blum, Marc Bienstock
Penulis Skenario: M. Night Shyamalan
Pemain: James McAvoy, Anya Taylor-Joy, Betty Buckley
Musik: West Dylan Thordson
Sinematografi: Mike Gioulakis
Penyunting: Luke Franco Ciarrocchi
Produksi: Blinding Edge Pictures, Blumhouse Productions
Distributor: Universal Pictures
Durasi: 117 menit
Budget: USD 9 juta
Rilis: 26 September 2016 (Fantastic Fest), 20 Januari 2017 (Amerika Serikat), 15 Februari 2017 (Indonesia)

Ratings
IMDb: 7,5/10
Rotten Tomatoes: 74%
Metacritic: 62/100
CinemaScore: B+


Preview Film: The LEGO Batman Movie (2017)


The LEGO Movie meraup sukses besar saat dirilis pada tahun 2014 yang lalu. Kolaborasi antara perusahaan mainan asal Denmark dengan Warner Bros. Pictures tersebut mampu meraih pemasukan USD 469 juta secara global, dengan modal "hanya" USD 60 juta. Selain itu, berbagai kritikus dan situs review mengganjarnya dengan rating yang sangat positif.

Kesuksesan tersebut langsung membuat Warner Bros. Pictures kepincut untuk menjadikannya sebagai franchise. Tiga buah spin-off dan sebuah sekuel langsung disiapkan, yaitu The LEGO Batman Movie, The LEGO Ninjago Movie, The Billion Brick Race dan The LEGO Movie 2, yang rencananya bakal dirilis pada 8 Februari 2019.

Spin-off yang pertama, The LEGO Batman Movie, sudah bisa kita nikmati di bioskop-bioskop Indonesia mulai hari Jumat (10/2) ini. Sementara itu, untuk The LEGO Ninjago Movie, para filmania harus lebih bersabar sedikit karena baru akan tayang pada bulan September mendatang.

Kisah The LEGO Batman Movie sendiri akan berfokus pada petualangan Batman. Karakter superhero legendaris dari DC Comics tersebut memang paling mencuri perhatian saat muncul di The LEGO Movie (2014). Tak heran, Warner Bros. Pictures kemudian memberinya panggung sendiri dalam sebuah film spin-off.

Meski bertajuk "Batman", dan ceritanya berpusat pada si Manusia Kelelawar, bukan berarti superhero-superhero lainnya tidak muncul. Selain sang musuh abadi, The Joker, film animasi komedi ini juga bakal menampilkan Robin, Batgirl, Catwoman, Harley Quinn, Superman, Green Lantern, The Flash, dll. Bisa dibilang, The LEGO Batman Movie ini adalah Justice League vs. Suicide Squad! Tapi versi LEGO.

Will Arnett, yang dianggap sukses sebagai pengisi suara si Manusia Kelelawar dalam The LEGO Movie, bakal kembali mengulang perannya. Meski tidak harus mengenakan kostum yang ketat dan berat seperti yang dialami Christian Bale maupun Ben Affleck, bintang serial televisi Arrow tersebut tetap menganggap serius perannya sebagai Batman. Bahkan, sangat serius.

Menurut Arnett, sangat penting untuk membuat LEGO Batman menjadi sebuah karakter yang dramatis seperti dalam film live-action-nya. Aktor yang menjadi lawan main Megan Fox di Teenage Mutant Ninja Turtles 2 (2016) itu bahkan secara mendalam mempelajari karakter emosi tokoh animasinya tersebut. Jadi, bukan hanya sekadar mengisi suara karakter kartun, tapi dia benar-benar melakukannya seperti layaknya seorang tokoh nyata.

Yang menarik, Arnett mengaku paling menikmati saat melakukan perekaman suara bersama dengan Zach Galifianakis, yang notabene menjadi dubber musuh utama Batman, The Joker. Saat mengisi suara, mereka saling berhadapan secara langsung, layaknya Batman vs. Joker yang sesungguhnya.

Sang sutradara, Chris McKay, mengakui, Will Arnett memang berhasil membuat karakter LEGO Batman menjadi sangat istimewa. Dia juga seorang pekerja keras dan selalu maksimal dalam menjalankan perannya. Padahal, pada bulan Agustus 2016 yang lalu, Arnett sempat mendapat kendala saat mengisi suara karena ia harus menjalani operasi lutut.

Selain Will Arnett dan Zach Galifianakis, The LEGO Batman Movie juga diperkuat oleh sejumlah nama terkenal. Bahkan, sangat terkenal. Sebut saja, Rosario Dawson, Ralph Fiennes, Hector Elizondo, Zoe Kravitz, Channing Tatum, Jonah Hill, hingga Mariah Carey! Mereka semua bakal menjadi pengisi suara para Lego superhero dan supervillain dari DC Comics.

Bahkan, untuk The LEGO Batman Movie versi bahasa Prancis, ada satu nama terkenal, bukan artis, melainkan pemain sepak bola, yang menjadi dubber-nya, yaitu Antoine Griezmann. Bintang klub Atletico Madrid itu memerankan karakter Superman, yang di versi bahasa Inggrisnya diisi suaranya oleh Channing Tatum.

Selain Griezmann, gelandang asal Paris Saint-Germain, Blaise Matuidi, kabarnya, juga menjadi dubber bagi The Flash di The LEGO Batman Movie versi bahasa Prancis. Di versi bahasa Inggrisnya, si Manusia Kilat itu diisi suaranya oleh Adam DeVine.

Jika dilihat dari trailer-nya, The LEGO Batman Movie bakal sangat lucu, seperti halnya The LEGO Movie. Film berdurasi 104 menit ini memang dibuat penuh dengan humor. Bahkan, beberapa di antaranya cenderung kasar. Oleh karena itu, rating-nya adalah PG. Yang artinya, bagi anak-anak yang ingin menonton, harus didampingi oleh orang tua.

Selain menampilkan hal-hal konyol, The LEGO Batman Movie kabarnya juga tak segan-segan untuk mengolok-olok film-film superhero DC Comics lainnya, seperti Batman v Superman: Dawn of Justice dan Suicide Squad, yang baru diputar tahun lalu. Seperti yang kita tahu, dua film blockbuster rilisan Warner Bros. Pictures tersebut, meski sukses secara finansial, mendapat respon negatif dari para kritikus.

Berbeda dengan dua film superhero pendahulunya tadi, setelah tayang perdana di Dublin, Irlandia, pada 29 Januari 2017, The LEGO Batman Movie mendapat sambutan sangat positif. Beberapa situs review bahkan memberi rating yang sangat tinggi.

Tidak hanya lucu sejak awal hingga akhir, menurut para kritikus, The LEGO Batman Movie juga menawarkan adegan-adegan yang menyentuh hati. Pesan moralnya tidak terkesan dipaksakan dan bisa konek dengan jalan pikiran orang dewasa. Unsur komedinya juga sangat natural.

Para pengisi suaranya, terutama Will Arnett, dianggap mampu menyuarakan karakter masing-masing dengan pas. Mereka dengan apik membawakan segala macam emosi yang ada, mulai dari marah, gembira, hingga sedih.

Dari segi animasi, kualitas film berbujet USD 80 juta ini juga sangat baik. Tidak kalah dengan pendahulunya, The LEGO Movie. Hanya saja, kali ini, tidak ada adegan live-action-nya. Semuanya full berada di dalam dunia LEGO.

Intinya, The LEGO Batman Movie ini disebut-sebut sebagai salah satu calon film animasi terbaik tahun 2017. Kisahnya sangat kocak, seru, dramatis, dan menghibur!

***

The LEGO Batman Movie

Sutradara: Chris McKay
Produser: Dan Lin, Roy Lee, Phil Lord, Christopher Miller
Penulis Skenario: Seth Grahame-Smith, Chris McKenna, Erik Sommers, Jared Stern, John Whittington
Pengarang Cerita: Seth Grahame-Smith
Berdasarkan: Batman by Bob Kane and Bill Finger, LEGO Construction Toys
Pemain: Will Arnett, Zach Galifianakis, Michael Cera, Rosario Dawson, Ralph Fiennes
Musik: Lorne Balfe
Penyunting: David Burrows, Matt Villa, John Venzon
Produksi: Warner Animation Group, DC Entertainment, Vertigo Entertainment, Animal Logic, Lord Miller Productions
Distributor: Warner Bros. Pictures
Durasi: 104 menit
Budget: USD 80 juta
Rilis: 29 Januari 2017 (Dublin), 10 Februari 2017 (Amerika Serikat & Indonesia)

Ratings
IMDb: 8,1/10
Rotten Tomatoes: 98%
Metacritic: 77/100


Preview Film: Don't Knock Twice (2016)


Sutradara Caradog W. James sempat mendapat pujian dari para kritikus saat menelurkan The Machine (2013), yang menjadi debutnya di layar lebar. Film sci-fi thriller yang naskahnya juga ditulis sendiri oleh pria asal Wales itu meraih rating cukup positif dari berbagai situs review.

Tahun ini, James kembali menghasilkan karya. Bukan lagi thriller, melainkan film horror. Berjudul Don't Knock Twice, yang mulai tayang di bioskop-bioskop Indonesia pada hari Rabu (8/2) ini.

Kisahnya tentang sebuah legenda urban, yaitu sebuah rumah kosong yang dulu ditinggali oleh seorang penyihir jahat. Konon, jika ada yang berani mengetuk pintu rumah angker tersebut dua kali, si penyihir yang suka menculik anak-anak itu bakal bangkit dari kematiannya.

Suatu malam, ada sepasang ababil, Chloe (Lucy Boynton) dan pacarnya, Danny (Jordan Bolger), yang iseng ingin menguji kebenaran urban legend di atas. Mereka pun mengetuk pintu rumah kosong tersebut. Dua kali. Dan, hasilnya bisa ditebak. Si Danny langsung ilang diculik oleh arwah si penyihir jahat.

Ketakutan, Chloe kemudian kabur ke rumah ibunya, Jess (Katee Sackhoff). Relasi ibu dan anak ini sebenarnya sedang bermasalah setelah Jess kawin lagi dengan seorang banker tajir bernama Ben (Richard Mylan). Mampukah mereka memperbaiki hubungan sekaligus menyelamatkan diri dari cengkeraman hantu penyihir?

Seperti film-film horror pada umumnya, sutradara Caradog W. James juga menggunakan jump scare, spooky-dim lighting, dan electronic musical score yang menyeramkan. Sayangnya, setelah tayang perdana di Inggris pada 29 September 2016 yang lalu, Don't Knock Twice mendapat rating negatif dari berbagai kritikus dan situs review.

***

Don't Knock Twice

Sutradara: Caradog W. James
Produser: John Wiwa-Amu, Claire Moorsom
Penulis Skenario: Mark Huckerby, Nick Ostler
Pemain: Katee Sackhoff, Lucy Boynton, Nick Moran, Richard Moylan, Pooneh Hajimohammadi, Javier Botet
Musik: James Edward Barker, Steve Moore
Sinematografi: Adam Frisch
Penyunting: Matt Platts-Mills
Produksi: Red & Black Films, Seymour Films
Distributor: IFC Midnight
Durasi: 93 menit
Rilis: 29 September 2016 (Inggris), 3 Februari 2017 (Amerika Serikat), 8 Februari 2017 (Indonesia)

Ratings
IMDb: 5,6/10
Rotten Tomatoes: 30%
Metacritic: 47/100

Preview Film: John Wick: Chapter 2 (2017)


Setelah menjadi terkenal lewat Speed (1994) dan mencapai puncak kejayaan melalui trilogi The Matrix (1999-2003), Keanu Reeves seakan tenggelam. Nama aktor kelahiran 2 September 1964 itu memang masih menghiasi layar lebar nyaris setiap tahun. Namun, tidak ada filmnya yang berhasil meraih respon positif dari para penonton.

Baru pada tahun 2014 yang lalu, saat tampil di John Wick, Keanu Reeves kembali mendapat pengakuan sebagai salah satu aktor jempolan. Film neo-noir action thriller tersebut mendapat banyak pujian dari para kritikus, dan dianggap sebagai penebusan "dosa" bagi Reeves, yang sebelumnya pernah enam kali masuk nominasi Razzie Awards kategori aktor terburuk.

Tahun ini, Keanu Reeves ingin kembali mengulang kesuksesan sebagai John Wick dengan membintangi sekuelnya yang berjudul John Wick: Chapter 2. Film rilisan Summit Entertainment tersebut mulai tayang di Indonesia pada hari Rabu (8/2) ini. Dua hari lebih cepat daripada jadwal rilisnya di Amerika Serikat.

Bagi yang sudah lupa, atau belum pernah menonton film pertamanya, John Wick (2014) berkisah tentang seorang pembunuh bayaran yang berniat pensiun setelah sang istri, Helen (Bridget Moynahan), meninggal dunia. Dia kemudian hanya hidup berdua dengan seekor anjing pemberian mendiang istrinya.

Namun, rencana pensiun John Wick (Keanu Reeves) menjadi berantakan setelah ia mendapati rumahnya disatroni perampok dan anjingnya tewas dibunuh. Wick akhirnya bertekad untuk membalas dendam dan memburu pelakunya hingga ke New York.

Sementara itu, kisah John Wick: Chapter 2 ber-setting hanya lima hari setelah ending dari kejadian di film pertama. Wick terpaksa harus kembali menunda niatnya untuk gantung pistol karena ia harus membantu mantan rekannya, sesama pembunuh bayaran, yang terancam oleh sindikat internasional. Demi menuntaskan misinya, sang hitman legendaris itu pun sampai melanglang buana ke Roma, Italia, dan harus menghadapi para assassin paling mematikan di dunia.

Seperti film pertamanya, John Wick: Chapter 2 kembali dibesut oleh Chad Stahelski. Sutradara berusia 48 tahun itu sebelumnya sudah pernah bekerja sama dengan Keanu Reeves di trilogi The Matrix (1999-2003). Namun, kala itu, dia bertugas sebagai koreografer laga dan stuntman bagi Reeves.

Selain Stahelski, John Wick: Chapter 2 juga menjadi ajang reuni bagi Laurence Fishburne. Setelah berpisah selama 14 tahun, pemeran Morpheus dalam trilogi The Matrix itu kembali beradu akting dengan Keanu Reeves. Kali ini, aktor berusia 55 tahun itu menjadi The Bowery King, seorang pembunuh sadis terkemuka dalam jaringan mafia internasional.

Fishburne sendiri mengaku sangat menyukai film John Wick yang pertama. Oleh karena itu, begitu ada kabar bakal dibuat sekuelnya, dia langsung menghubungi Keanu dan bilang ingin bergabung di film kedua. Bak gayung bersambut, Reeves pun langsung menjawab bahwa sejujurnya memang ada lowongan bagi dia.

Stahelski, selaku sutradara, juga menyambut positif kehadiran aktor berwajah sangar tersebut. Tim produksi kemudian menciptakan satu karakter baru, yang tetap masuk akal dan tidak dipaksakan, agar Fishburne bisa tampil dalam film berdurasi 122 menit ini.

Dengan keterlibatan Fishburne dan Reeves, proyek John Wick: Chapter 2 menjadi sangat personal bagi Stahelski karena dia sudah pernah bekerja sama dengan mereka di The Matrix. Saat itu, usianya baru 26 tahun dan dia sangat mengagumi keduanya.

Bahkan, hingga kini, rasa kagum Stahelski terhadap Reeves dan Fishburne masih belum pudar. Sampai-sampai, saat syuting adegan pertama, dia tercenung dan lupa meneriakkan kata "Cut!" sebagai tanda berakhirnya pengambilan gambar. Dia mengaku, akting dua aktor kawakan itu telah membuatnya terpaku.

Selain The Bowery King, sejumlah karakter baru juga muncul di John Wick: Chapter 2, antara lain: Cassian (Common), Santino (Riccardo Scamarcio), dan Ares (Ruby Rose). Mereka bakal berjibaku dengan para tokoh lama seperti Aurelio (John Leguizamo) dan Winston (Ian McShane).

Seperti film sebelumnya, John Wick: Chapter 2 juga bakal banyak menyajikan adegan laga. Bukan hanya perkelahian, tetapi juga tembak-menembak dan kejar-kejaran mobil. Jika menonton trailer-nya, semua adegan tersebut ditampilkan dengan apik, tampak nyata, seolah-olah bukan akting.

Dalam sebuah wawancara, Keanu Reeves mengaku paling suka saat melakoni adegan perkelahian menggunakan pensil. Selain itu, dia juga excited saat harus bertarung di ruangan penuh cermin dan berduel dengan Common, yang memerankan karakter seorang bodyguard dari boss mafia.

Demi melakoni semua adegan laga, Reeves pun rela berlatih keras. Dalam sebuah video promo, Keanu dan tim produksi menceritakan bagaimana persiapan mereka sebelum menjalani syuting, mulai dari berlatih tembak-menembak, membanting setir, hingga judo. Bintang 47 Ronin (2013) itu juga mendapat bimbingan dari Aaron Cohen, mantan anggota Duvdevan, unit khusus kontrateroris dari Israel.

Semua koreografi laga di film produksi Thunder Road Pictures ini memang dikerjakan oleh para ahli dengan tingkat kesulitan yang tinggi. Sutradara Chad Stahelski ingin para aktor benar-benar dilatih keras agar bisa menguasai semua koreografi adegan berkelahi mereka.

Menurut Stahelski, yang pernah menjadi pemeran pengganti almarhum Brandon Lee dalam film The Crow (1994), John Wick: Chapter 2 bakal menyajikan empat jenis ilmu bela diri, yaitu jiu jitsu dari Jepang, jiu jitsu dari Brasil, judo, dan taktis three-gun. Kombinasi dari empat seni bertarung yang berbeda itu akan menampilkan bagaimana cara berkelahi sambil melepaskan tembakan dalam waktu bersamaan.

Karena banyak menampilkan adegan perkelahian yang berdarah-darah dan sadis, John Wick: Chapter 2 pun mendapat rating "R-Rated" alias "Restricted" dari Motion Picture Association of America (MPAA). Jadi, hanya yang berusia 17 tahun ke atas yang boleh menontonnya.

Meski para penontonnya bakal terbatas untuk kalangan dewasa, setelah tayang perdana di Arclight Hollywood, Los Angeles pada 30 Januari 2017 yang lalu, sejumlah situs review dan kritikus memberi rating sangat positif untuk John Wick: Chapter 2. Secara box office, film yang bakal bersaing langsung dengan The Lego Batman Movie dan Fifty Shades Darker ini diperkirakan mampu meraup pemasukan USD 20 juta selama weekend pembuka.

***

John Wick: Chapter 2

Sutradara: Chad Stahelski
Produser: Basil Iwanyk, David Leitch
Penulis Skenario: Derek Kolstad
Pemain: Keanu Reeves, Common, Laurence Fishburne, Riccardo Scamarcio, Ruby Rose, John Leguizamo, Ian McShane
Musik: Tyler Bates, Joel J. Richard
Sinematografi: Dan Laustsen
Penyunting: Evan Schiff
Produksi: Thunder Road Pictures, 87Eleven Productions
Distributor: Summit Entertainment
Durasi: 122 menit
Rilis: 30 Januari 2017 (Arclight Hollywood), 8 Februari 2017 (Indonesia), 10 Februari 2017 (Amerika Serikat)

Ratings
IMDb: 9,7/10
Rotten Tomatoes: 93%
Metacritic: 75/100

Preview Film: A Dog's Purpose (2017)


A Dog's Purpose pernah nangkring di daftar New York Times bestseller selama 49 pekan setelah dirilis pada 2010. Novel karya W. Bruce Cameron itu berkisah tentang perjalanan jiwa seekor anjing yang berinkarnasi dari satu kehidupan ke kehidupan lainnya. Sekuelnya, yang berjudul A Dog's Journey, terbit pada 2012.

Kesuksesan novel laris tersebut memantik DreamWorks Pictures untuk membeli hak atas A Dog's Purpose. Studio yang didirikan oleh Steven Spielberg itu kemudian memfilmkannya. Dan, hasilnya sudah bisa kita nikmati di bioskop-bioskop Indonesia mulai hari Jumat (3/2) yang lalu.

Kisah A Dog's Purpose diawali dengan seekor anjing golden retriever bernama Bailey yang dipelihara oleh seorang bocah bernama Ethan Montgomery (Bryce Gheisar). Seperti halnya manusia, Bailey ternyata juga kerap menanyakan pada diri sendiri, apa tujuan hidupnya sebagai seekor anjing.

Sekian tahun lamanya dia hidup bersama Ethan, hingga bocah tersebut beranjak remaja (diperankan oleh K. J. Apa). Bailey pun terus mempertanyakan apa sebenarnya esensi dari kehidupan ini. Namun, tepat ketika dia merasa sudah menemukan tujuan hidup, maut menjemputnya.

Jiwa Bailey kemudian bereinkarnasi menjadi jenis anjing yang berbeda. Kali ini, dia dilahirkan sebagai seekor anjing gembala Jerman bernama Ellie. Sesuai dengan kodratnya sebagai anjing pelacak, Ellie dipelihara oleh seorang polisi bernama Carlos (John Ortiz). Seperti ketika menjadi Bailey, Ellie pun terus mempertanyakan tujuan hidupnya.

Sayangnya, Ellie juga tidak bisa melawan takdir. Saat sedang bertugas menangkap penjahat bersama Carlos, dia tewas tertembak. Ellie kemudian kembali bereinkarnasi. Dan setelah itu mati lagi. Uniknya, dia masih bisa mengingat kehidupan-kehidupan sebelumnya meski sudah lahir dan mati berulang kali.

Pada reinkarnasinya yang keempat, Bailey ternyata bertemu kembali dengan pemiliknya yang pertama, si bocah Ethan, yang kini sudah menjadi om-om (diperankan oleh Dennis Quaid). Di kehidupan keempatnya inilah, dia baru menemukan jawaban apa sebenarnya tujuan hidup dari seekor anjing.

Seluruh kisah dari film ini memang diceritakan dari sudut pandang seekor anjing. Dialog-dialog yang berputar di dalam pikirannya pasti bakal membuat kita tertawa karena saking polosnya. Apalagi, yang mengisi suaranya adalah seorang komedian, Josh Gad. Sebelumnya, sempat beredar kabar bahwa inner voice si Bailey ini bakal diisi oleh Bradley Cooper.

Meski bergenre drama-komedi, bukan berarti A Dog's Purpose hanya berisi hal-hal lucu dan ringan. Secara cerita, film berdurasi 120 menit ini kabarnya juga cukup mengharukan. Terutama bagi para pemilik binatang peliharaan.

Sang sutradara, Lasse Hallstrom, yang sebelum ini sukses membuat seisi bioskop banjir air mata lewat Hachiko: A Dog's Story (2009), memang piawai menghasilkan karya yang menghibur, sekaligus mengaduk-aduk perasaan para penonton. Meski tidak semengharukan Hachiko, A Dog's Purpose ini dijamin tetap menyentuh.

Sayangnya, sebelum tayang di bioskop, film rilisan Universal Pictures ini sempat menuai kontroversi. Pada proses pembuatannya, terungkap sebuah video yang memperlihatkan seorang pelatih memaksa seekor anjing gembala Jerman masuk ke dalam kolam air berarus deras.

Setelah video tersebut tersebar, berbagai kecaman pun bermunculan, terutama dari organisasi-organisasi pecinta hewan. Bahkan, sempat ada petisi untuk memboikot dan tidak menonton film A Dog's Purpose di bioskop.

Amblin Entertainment, anak perusahaan DreamWorks Pictures, selaku rumah produksi, langsung memberi penjelasan resmi terkait dengan video pemaksaan terhadap anjing bernama Hercules tersebut. Mereka menyatakan, tim produksi sudah mengikuti protokol yang ketat untuk membuat lingkungan yang aman bagi binatang.

Pihak Amblin Entertainment mengakui, memang ada beberapa hari pelatihan di air agar Hercules nyaman dengan semua adegan yang akan diambil. Namun, saat itu mereka tidak melanjutkan pengambilan gambar karena si doggy-nya tidak ingin tampil. Jadi, tidak ada pemaksaan. Saat ini, Hercules dalam keadaan sehat dan bahagia.

Kontroversi video tersebut tampaknya juga berpengaruh terhadap respon dari para kritikus. Sejumlah situs review memberi A Dog's Purpose rating kurang positif. Meski demikian, secara box office, film yang dirilis di Amerika Serikat sejak pekan lalu ini sudah mengumpulkan pemasukan USD 30 juta, melampaui bujetnya.

***

A Dog's Purpose

Sutradara: Lasse Hallström
Produser: Gavin Polone
Penulis Skenario: W. Bruce Cameron, Cathryn Michon, Audrey Wells, Maya Forbes, Wally Wolodarsky
Berdasarkan: A Dog's Purpose by W. Bruce Cameron
Pemain: Dennis Quaid, Britt Robertson, Josh Gad, K. J. Apa, Juliet Rylance, John Ortiz, Kirby Howell-Baptiste, Peggy Lipton
Musik: Rachel Portman
Sinematografi: Terry Stacey
Penyunting: Robert Leighton
Produksi: Amblin Entertainment, Reliance Entertainment, Walden Media, Pariah Entertainment Group
Distributor: Universal Pictures
Durasi: 120 menit
Budget: USD 22 juta
Rilis: 27 Januari 2017 (Amerika Serikat), 3 Februari 2017 (Indonesia)

Ratings
IMDb: 3,8/10
Rotten Tomatoes: 34%
Metacritic: 43/100
CinemaScore: A


Preview Film: Sleepless (2017)


Saat dirilis pada tahun 2011, Sleepless Night mendapat respon sangat positif dari para kritikus. Sejumlah situs review juga memberi rating yang cukup tinggi untuk film Prancis berjudul asli Nuit Blanche tersebut.

Tahun ini, remake dari Nuit Blanche yang berjudul Sleepless dirilis oleh Open Road Films. Dengan mengusung para bintang Hollywood semacam Jamie Foxx, Michelle Monaghan, dan Gabrielle Union, film yang dibesut oleh sutradara asal Jerman, Baran bo Odar, ini berupaya untuk mengulang kesuksesan pendahulunya yang dari Prancis itu.

Kisah Sleepless berkutat pada sepasang polisi, Vincent Downs (Jamie Foxx) dan Sean Cass (T.I.), yang melakukan penyamaran selama dua tahun untuk meringkus gembong narkoba, Rob Novak (Scoot McNairy). Mereka kemudian mencuri 25 kilogram kokain yang akan dikirimkan ke boss mafia tersebut oleh pengusaha hiburan malam, Stanley Rubino (Dermot Mulroney).

Kebakaran jenggot karena pesanan boss-nya dicuri, Rubino kemudian menculik putra Downs yang bernama Thomas (Octavius J. Johnson). Tujuannya jelas. Nyawa Thomas ditukar dengan 25 kilogram kokain. Downs pun langsung panik dan berniat untuk mengembalikan barang haram yang dicurinya.

Namun, keadaan menjadi semakin pelik dengan keterlibatan seorang provost cantik bernama Jennifer Bryant (Michelle Monaghan), yang sudah sejak lama mencurigai dan ingin menangkap polisi yang dia anggap korup tersebut. Downs pun harus menghadapi dua pihak, provost dan bandar narkoba, dalam upayanya untuk menyelamatkan putranya. Mampukah dia melakukannya?

Seperti versi aslinya yang dari Prancis, Sleepless juga menyajikan banyak adegan laga, mulai perkelahian tangan kosong, menggunakan pisau, hingga baku tembak. Uniknya, semua kejadian menegangkan tersebut hanya terjadi dalam satu malam dan mengambil setting utama di sebuah night club.

Meski hanya berkutat di satu tempat, sutradara Baran bo Odar berusaha untuk membuat penonton agar tidak bosan. Sepanjang 95 menit durasi film, para penonton akan diajak untuk menebak-nebak mana polisi yang baik dan mana yang korup.

Sayangnya, setelah dirilis di Amerika Serikat pada 13 Januari 2017 yang lalu, Sleepless mendapat respon negatif dari para kritikus. Film berbujet USD 30 juta ini dianggap tidak menawarkan sesuatu yang baru dibandingkan film bertema crime drama lainnya. Twist ending-nya juga dinilai biasa saja dan tidak mengejutkan.

***

Sleepless

Sutradara: Baran bo Odar
Produser: Roy Lee, Adam Stone
Penulis Skenario: Andrea Berloff
Berdasarkan: Sleepless Night by Frédéric Jardin, Nicolas Saada, Olivier Douyère
Pemain: Jamie Foxx, Michelle Monaghan, Dermot Mulroney, David Harbour, T.I., Gabrielle Union, Scoot McNairy
Musik: Michael Kamm
Sinematografi: Mihai Mălaimare, Jr.
Penyunting: Robert Rzesacz
Produksi: Riverstone Pictures, Vertigo Entertainment
Distributor: Open Road Films
Durasi: 95 menit
Budget: USD 30 juta
Rilis: 13 Januari 2017 (Amerika Serikat), 3 Februari 2017 (Indonesia)

Ratings
IMDb: 5,6/10
Rotten Tomatoes: 14%
Metacritic: 33/100
CinemaScore: B+

February 03, 2017

Preview Film: Bleed for This (2016)


Vinny Paz memang bukan petinju yang terkenal di seantero dunia seperti halnya Julio Cesar Chavez, Oscar De La Hoya, Floyd Mayweather, Jr., ataupun Manny Pacquiao. Meski demikian, mantan juara dunia kelas ringan dan menengah ringan itu memiliki kisah hidup yang inspiratif untuk diangkat ke layar lebar.

Petinju bernama asli Vincenzo Edward Pazienza tersebut memang memiliki perjalanan hidup yang luar biasa. Pada 1991, saat masih berusia 29 tahun, Paz mengalami kecelakaan mobil. Lehernya patah dan terancam lumpuh. Para dokter pun memvonisnya tidak akan bisa bertinju lagi.

Namun, jiwa petarung dari pria asal Rhode Island, Amerika Serikat itu membuatnya tidak mudah menyerah. Petinju berjuluk The Pazmanian Devil tersebut tidak percaya pada vonis dokter. Tidak pernah terlintas di dalam benaknya untuk pensiun dari dunia adu jotos di usia yang masih relatif muda.

Sebulan setelah kecelakaan, Paz memulai kembali latihan fisik untuk memulihkan kondisinya. Dia melakukan peregangan otot, mengangkat beban, dan berlari. Setengah bercanda, pria yang kini berusia 54 tahun itu mengatakan bahwa dia tidak melawan nasehat dokter. Hanya saja, dia tidak memberitahu mereka apa yang dia kerjakan. Hehe..

Pada 15 Desember 1992, atau 13 bulan pasca kecelakaan, Vinny Paz akhirnya kembali naik ring melawan Luis Santana. Hebatnya, setelah bertarung selama 12 ronde, Paz dinyatakan menang angka. Itu adalah salah satu cerita comeback terbaik dalam sejarah tinju.

Kisah inspiratif Paz yang berhasil bangkit dari keterpurukan itulah yang kemudian diangkat menjadi sebuah film berjudul Bleed for This, yang mulai tayang di Indonesia pada hari Rabu (1/2) ini. Miles Teller menjadi pemeran utamanya, bersama dengan Aaron Eckhart, Katey Sagal, Ciaran Hinds, dan Ted Levine.

Teller, yang sebelum ini tampil sangat apik sebagai penabuh drum dalam Whiplash (2014), harus membentuk badan menjadi lebih berotot untuk perannya sebagai Vinny Paz. Bintang Fantastic Four (2015) itu mengaku menghabiskan setiap menit, setiap hari selama delapan bulan, agar bisa semirip mungkin dengan sosok petinju ortodoks tersebut.

Sebelum bermain di Bleed for This, berat badan Teller mencapai 85 kilogram dengan lemak tubuh 19 persen. Setelah berlatih keras selama delapan bulan, berat badannya menyusut hinggan 9 kilogram dan lemak tubuhnya hanya tinggal 6 persen saja. Namun, selama 24 hari proses syuting, berat badannya harus dinaikkan lagi sekitar 6,8 kilogram.

Teller juga mengaku sangat gugup saat harus memerankan karakter Vinny Paz. Ini adalah pengalaman pertamanya memerankan sosok yang benar-benar ada di dunia nyata, dan orangnya masih hidup. Melalui Bleed for This, Teller berharap Paz bisa melihat hidupnya sendiri, 25 tahun yang lalu.

Aktor lulusan Tisch School of Arts NYU itu menyatakan dirinya selalu kagum dengan orang yang berani menghadapi tantangan. Menurut Teller, Vinny Paz adalah sosok pemberani yang tidak menghindar ketika ada peluru atau pukulan yang akan menerpa, tapi malah menghampirinya.

Paz, yang kini sudah pensiun dari dunia tinju, mengaku sudah menonton Bleed for This. Melihat kisah dirinya dibawakan dengan baik oleh Miles Teller, dia menangis haru. Petinju dengan rekor 50 kali menang (30 di antaranya kemenangan KO) dan 10 kali kalah itu juga mengaku menyesali hidupnya selama ini.

Setelah berhasil comeback dari kecelakaan fatal, Paz memang kembali terbelit masalah. Hobinya berjudi membuatnya bangkrut. Dalam semalam, dia pernah menghabiskan USD 200 ribu. Selain itu, Paz juga pernah ditahan polisi karena beberapa kali kedapatan mabuk hingga melewati batas.

Untuk Bleed for This ini, Paz kabarnya mendapat honor USD 100 ribu karena mengizinkan kisah hidupnya diangkat ke layar lebar. Meski demikian, masa kelamnya sebagai penjudi dan tukang mabuk tidak akan ditampilkan. Film berdurasi 117 menit ini hanya menyoroti kisah Paz pasca kecelakaan hingga comeback luar biasanya ke ring tinju.

Sang sutradara, Ben Younger, menyatakan Bleed for This memang bertujuan untuk memberi inspirasi. Jadi, sisi negatif Vinny Paz sengaja tidak dimunculkan. Dia ingin para penonton merasakan hal yang sama dengannya, melihat sang tokoh utama bangkit dari keterpurukan demi sesuatu yang dicintainya.

Selain Miles Teller, aktor tenar lainnya yang bermain di film rilisan Open Road ini adalah Aaron Eckhart. Pemeran pelatih Vinny Paz, Kevin Rooney, itu mengaku sempat sedikit tertekan karena harus memerankan karakter berdasarkan kisah nyata, dan orangnya masih hidup. Bahkan, proses syuting juga dilakukan di tempat di mana mereka tinggal.

Setelah tayang perdana di 43rd Annual Telluride Film Festival di Colorado, Amerika Serikat pada 2 September 2016 yang lalu, Bleed for This mendapat sambutan hangat. Begitu juga setelah diputar di Busan International Film Festival di Korea Selatan, akting Miles Teller berhasil memukau para penonton. Bahkan, ada yang menjagokannya masuk nominasi Piala Oscar, meski akhirnya tidak kesampaian.

Sejumlah situs dan kritikus juga memberi rating yang cukup tinggi. Sayangnya, review positif tersebut tidak diikuti kesuksesan secara box office. Film berbujet USD 6 juta ini hanya mampu mengumpulkan pemasukan USD 5,5 juta secara global, alias tidak balik modal. Bleed for This tidak berdaya menghadapi Fantastic Beasts and Where to Find Them yang dirilis bersamaan di Amerika Serikat pada bulan November 2016 yang lalu.

***

Bleed for This

Sutradara: Ben Younger
Produser: Bruce Cohen, Emma Tillinger Koskoff, Chad A. Verdi, Noah Kraft, Pamela Thur, Ben Younger
Penulis Skenario: Ben Younger
Pengarang Cerita: Pippa Bianco, Angelo Pizzo, Ben Younger
Pemain: Miles Teller, Aaron Eckhart, Katey Sagal, Ciarán Hinds, Ted Levine
Musik: Julia Holter
Sinematografi: Larkin Seiple
Penyunting: Zac Stuart-Pontier
Produksi: Bruce Cohen Productions, Magna Entertainment, Sikelia Productions, The Solution Entertainment Group, Verdi Productions, Younger Than You
Distributor: Open Road Films
Durasi: 117 menit
Budget: USD 6 juta
Rilis: 2 September 2016 (Telluride), 18 November 2016 (Amerika Serikat), 1 Februari 2017 (Indonesia)

Ratings
IMDb: 6,9/10
Rotten Tomatoes: 71%
Metacritic: 62/100
CinemaScore: A-

Preview Film: Resident Evil: The Final Chapter (2016)


Secara finansial, Resident Evil adalah salah satu film adaptasi video game tersukses yang pernah dibuat. Tak tanggung-tanggung, franchise yang mengusung Milla Jovovich sebagai bintang utama itu sudah diproduksi hingga enam seri! Yang terbaru, Resident Evil: The Final Chapter, bakal tayang di Indonesia mulai hari Rabu (20/1) ini.

Sesuai dengan judulnya, Resident Evil: The Final Chapter juga bakal menjadi seri terakhir dari franchise rilisan Screen Gems tersebut. Setelah 15 tahun, sejak seri pertamanya pada 2002, para penggemar harus mengucapkan selamat tinggal pada Alice not in Wonderland. Petualangan cewek jagoan pembasmi zombie itu memang direncanakan bakal tamat kali ini.

Kisah The Final Chapter mengambil setting tiga pekan setelah kejadian di seri kelima, Resident Evil: Retribution (2012). Boss Umbrella Corporation, Albert Wesker (Shawn Roberts), yang di film sebelumnya bekerja sama dengan Alice (Milla Jovovich), kembali ke tabiatnya semula sebagai orang jahat. Dia mengkhianati Alice yang sedang berada di Washington, D.C., kota terakhir yang menjadi pertahanan para survivor dalam menghadapi zombie apocalypse.

Di ambang kepunahan umat manusia, Alice masih tetap berusaha mencari sumber utama persebebaran T-Virus, yang menjadi penyebab orang-orang berubah menjadi zombie. Satu-satunya cara baginya untuk menyelamatkan dunia adalah kembali ke tempat asalnya, Raccoon City, yang sudah menjadi kota mati.

Alice yakin, kemunculan para zombie tidak hanya disebabkan oleh Umbrella Corporation. Cewek yang lupa akan masa lalunya itu mendapat informasi rahasia bahwa jawaban yang ia inginkan hanya bisa diketahui dengan masuk kembali ke The Hive, tempat asal pembuatan T-Virus di Raccoon City. Mampukah Alice, yang kali ini juga dibantu oleh kawan-kawan lamanya, menuntaskan misi terakhirnya untuk menyelamatkan umat manusia dari kehancuran?

Sang sutradara, Paul W. S. Anderson, yang juga merangkap sebagai penulis skenario, menyatakan bakal mengajak para penonton untuk flashback ke film pertama dengan membawa Alice dkk kembali ke The Hive. Melalui The Final Chapter ini, suami Milla Jovovich itu ingin membuat orang-orang merasa rindu dan bernostalgia dengan Resident Evil sejak awal hingga akhir.

Bagi yang sudah lupa, atau belum pernah menonton sebelumnya, film pertama Resident Evil yang dirilis pada tahun 2002 mengisahkan tentang kebocoran T-Virus di The Hive, laboratorium milik Umbrella Corporation. Akibatnya, semua manusia di sana berubah menjadi zombie.

Umbrella Corporation juga memiliki program kecerdasan buatan bernama Red Queen. Tugasnya adalah mencegah agar T-Virus tidak tersebar, termasuk dengan membunuh siapa pun yang ada di The Hive. Alice akhirnya berhasil menghentikan Red Queen, yang di The Final Chapter ini kembali muncul (diperankan oleh anak Milla Jovovich, Ever Gabo Anderson).

Dimatikannya Red Queen ternyata tidak menyelesaikan masalah. T-Virus malah menyebar ke Raccoon City dan membuat para penduduk menjadi zombie. Di film kedua, Resident Evil: Apocalypse (2004), Alice bertemu dengan polisi cantik bernama Jill Valentine (Sienna Guillory). Mereka kemudian bahu-membahu melawan Umbrella Corporation dan berhasil lolos dari Raccoon City.

Di film ketiga hingga kelima, yang berjudul Resident Evil: Extinction (2007), Afterlife (2010), dan Retribution (2012), cerita masih berkutat pada T-Virus yang semakin menyebar ke seluruh dunia. Umat manusia terancam punah. Selain itu, Alice juga masih terus diburu oleh Umbrella Corporation untuk dijadikan sebagai kelinci percobaan. Sempat ditangkap, dikloning, dan dijadikan cewek dengan kekuatan super, Alice kemudian berhasil melarikan diri.

The Final Chapter, seharusnya, menjadi jawaban atas misteri yang selama ini menyelubungi sosok Alice, Umbrella Corporation, Red Queen, dan T-Virus. Oleh karena itu, seri terakhir Resident Evil tersebut bakal membawa Alice kembali ke titik awal dari petualangan panjangnya.

Untuk menyajikan Raccoon City yang sudah berubah menjadi kota mati, tim produksi Resident Evil: The Final Chapter tidak menggunakan CGI (computer-generated imagery). Mereka melakukan syuting di Afrika Selatan. Di sana ada sebuah jalan tol yang terbengkalai. Suasananya menakjubkan dan tampak nyata, seperti kota yang sudah hancur beneran.

Selain Alice, Albert Wesker dan Red Queen, dua karakter lawas juga kembali muncul di film berdurasi 106 menit ini, yaitu Dr. Alexander Isaacs (Iain Glen) dan Claire Redfield (Ali Larter). Sementara itu, dua nama legendaris lainnya, Jill Valentine dan Rain Ocampo, yang dulu diperankan oleh Michelle Rodriguez, sudah tidak tampak lagi.

Bagi Ali Larter, The Final Chapter ini adalah film Resident Evil-nya yang ketiga setelah Extinction (2007) dan Afterlife (2010). MILF sexy dengan ukuran dada 32B itu mulai dikenal sejak membintangi Final Destination (2000) dan mencapai puncak kejayaan saat memerankan si kembar Niki Sanders dan Tracy Strauss di serial legendaris, Heroes (2006-10).

Bintang cewek lain yang bakal muncul adalah Ruby Rose, yang memerankan karakter baru bernama Abigail. Mantan VJ MTV asal Australia itu tahun ini juga membintangi xXx: Return of Xander Cage (sedang tayang), John Wick: Chapter 2-nya Keanu Reeves, dan Pitch Perfect 3.

Untuk menarik pasar Asia, Resident Evil: The Final Chapter juga menampilkan tokoh baru bernama Commander Lee, yang diperankan oleh Lee Joon-gi. Aktor asal Korea tersebut menjadi lawan main Milla Jovovich. Karena banyak melakukan adegan laga, dia mengaku harus berlatih untuk saling menyinkronkan gerakan dalam scene perkelahian dengan Milla.

Sementara itu, Jovovich, yang selalu tampil dalam enam film Resident Evil, mengaku tak menyangka bisa bertahan 15 tahun sebagai Alice. Baginya, karakter yang diciptakan oleh produsen video game Capcom itu sudah menjadi bagian dari dirinya sendiri. 

Bahkan, proses syuting The Final Chapter sebenarnya sempat ditunda karena aktris berusia 41 tahun itu hamil dan harus menunggu dia melahirkan. Milla Jovovich dan Resident Evil memang ibarat dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Setelah ini, para fans mungkin bakal merindukannya.

***

Resident Evil: The Final Chapter

Sutradara: Paul W. S. Anderson
Produser: Paul W. S. Anderson, Jeremy Bolt, Robert Kulzer, Samuel Hadida
Penulis Skenario: Paul W. S. Anderson
Berdasarkan: Resident Evil by Capcom
Pemain: Milla Jovovich, Ali Larter, Shawn Roberts, Ruby Rose, Eoin Macken, William Levy, Iain Glen
Musik: Paul Haslinger
Sinematografi: Glen MacPherson
Penyunting: Doobie White
Produksi: Constantin Film, Capcom Co, Ltd., Davis-Films, Don Carmody Productions, Impact Pictures
Distributor: Screen Gems
Durasi: 106 menit
Rilis: 23 Desember 2016 (Jepang), 25 Januari 2017 (Indonesia), 27 Januari 2017 (Amerika Serikat)

Ratings
IMDb: 6,4/10
Rotten Tomatoes: 41%
Metacritic: 54/100
CinemaScore: B

Preview Film: Monster Trucks (2016)


Tahun lalu, Lucas Till sempat menjadi buah bibir setelah diumumkan sebagai pemeran utama dalam serial reboot MacGyver. Aktor berusia 26 tahun itu resmi menjadi penerus Richard Dean Anderson untuk memerankan sosok jenius yang banyak akal tersebut.

Sebelum menjadi MacGyver, Lucas Till lebih dulu dikenal oleh publik Hollywood saat muncul di Hannah Montana: The Movie (2009). Namun, namanya baru benar-benar tenar setelah memerankan Alex Summers, alias Havok, dalam franchise reboot X-Men (2011-2016).

Tahun 2016 kemarin, selain kembali tampil sebagai mutan ganteng di X-Men: Apocalypse, Lucas Till juga membintangi The Disappointments Room dan Monster Trucks. Film yang disebut terakhir itu baru mulai tayang di Indonesia hari Jumat (27/1) ini.

Film Monster Trucks sendiri tergolong sebagai film live-action yang dipadu dengan animasi. Kisahnya tentang persahabatan seorang cowok ababil, Tripp Coley (Lucas Till), dengan seekor monster laut lucu yang bernama Creech.

Tripp, yang masih duduk di bangku SMA, berhasrat untuk memiliki sebuah kendaraan yang bisa membawanya pergi meninggalkan kota tempat tinggalnya, North Dakota, yang ia anggap sepi dan membosankan. Satu-satunya sumber kehidupan di kota tersebut adalah sebuah perusahaan minyak, Terravex Oil Company.

Suatu ketika, saat sedang mengebor minyak di lepas pantai, tiga ekor monster laut ikut tersedot dan mengakibatkan kerusakan serta kebakaran pada kilang minyak. Terravex pun langsung menangkap para monster laut tersebut. Namun, ada satu di antara mereka yang berhasil lolos dan melarikan diri.

Monster malang itu kemudian masuk ke sebuah tempat penghancuran mobil usang dan bersembunyi di dalam sebuah truk rusak milik Tripp, yang kebetulan memang belum ada mesinnya. Meski semula kaget dan takut, Tripp akhirnya menjadi terkesan setelah si monster polos tersebut mampu membuat truk rongsoknya melaju kencang tanpa mesin!

Tripp pun langsung melihat si monster, yang kemudian ia beri nama Creech, sebagai jalan keluarnya untuk pergi dari North Dakota. Namun, rencana Tripp tidak berjalan mulus. Terravex ternyata masih mengejar si monster. Mampukah Tripp dan Creech meloloskan diri dari buruan perusahaan jahat tersebut?

Selain Lucas Till, Monster Trucks juga mengusung Jane Levy yang berperan sebagai Meredith, seorang guru muda sexy yang ditaksir oleh Tripp. Tahun lalu, aktris dengan ukuran dada 32B itu sempat naik daun setelah membintangi Don't Breathe, salah satu film thriller yang paling mencekam sepanjang 2016.

Yang menarik, di beberapa situs, masih tercantum nama Cinta Laura sebagai pemeran karakter Ariel di Monster Trucks. Beberapa waktu yang lalu, memang sempat beredar kabar aktris cantik asal Indonesia itu terlibat dalam film rilisan Paramount Pictures ini. Namun, hingga kini, tidak ada lagi berita lanjutannya. Apakah Cinta Laura batal tampil atau adegannya dihapus? Entahlah.

Dari segi cerita, Monster Trucks memang tergolong sederhana. Jika dilihat dari trailer-nya, penampakan Creech pun menggemaskan, tidak menyeramkan seperti monster-monster pada umumnya. Dengan bumbu komedi, film berdurasi 104 menit ini tampaknya memang ditujukan sebagai tontonan untuk anak-anak dan keluarga.

Sebelum tayang secara worldwide pada 13 Januari 2017 yang lalu, Monster Trucks sempat mengalami penundaan jadwal rilis hingga tiga kali. Awalnya, film yang diproduksi oleh Nickelodeon ini direncanakan tayang pada 29 Mei 2015, namun kemudian digeser oleh Paramount Pictures karena berdekatan dengan Mission: Impossible - Rogue Nation (2015)-nya Tom Cruise.

Dengan bujet jumbo, hingga USD 125 juta, Monster Trucks diharapkan bisa sukses secara finansial. Sayangnya, setelah tayang secara global selama dua pekan, film besutan sutradara Chris Wedge ini hanya mampu mengumpulkan pemasukan USD 30 juta. Paramount pun diperkirakan bakal rugi besar. Beberapa situs review dan kritikus juga memberikan rating yang kurang positif.

***

Monster Trucks

Sutradara: Chris Wedge
Produser: Mary Parent, Denis L. Stewart
Penulis Skenario: Derek Connolly
Pengarang Cerita: Matthew Robinson, Jonathan Aibel, Glenn Berger
Pemain: Lucas Till, Jane Levy, Amy Ryan, Rob Lowe, Danny Glover, Barry Pepper, Holt McCallany
Musik: Dave Sardy
Sinematografi: Don Burgess
Penyunting: Conrad Buff IV
Produksi: Paramount Animation, Nickelodeon Movies, Disruption Entertainment
Distributor: Paramount Pictures
Durasi: 104 menit
Budget: USD 125 juta
Rilis: 21 Desember 2016 (Prancis), 13 Januari 2017 (Amerika Serikat), 27 Januari 2017 (Indonesia)

Ratings
IMDb: 5,4/10
Rotten Tomatoes: 32%
Metacritic: 41/100
CinemaScore: A


Preview Film: The Warriors Gate (2016)


Luc Besson adalah filmmaker legendaris asal Prancis. Karya-karya pria berusia 57 tahun tersebut, baik yang dia sutradarai maupun produseri, sudah menghiasi layar lebar selama lebih dari tiga dekade terakhir. Beberapa di antaranya yang terkenal adalah Subway (1985), Nikita (1990), Leon: The Professional (1994), The Fifth Element (1997), franchise Taxi (1998-2007), franchise The Transporter (2002-2015), franchise Taken (2008-2014), dan Lucy (2014).

Tahun ini, film besutan Besson yang paling ditunggu-tunggu adalah Valerian and the City of a Thousand Planets. Namun, sebelum film sci-fi yang diadaptasi dari komik asal Prancis itu dirilis pada bulan Juli nanti, para moviemania akan lebih dahulu dihibur oleh The Warriors Gate, yang diproduseri oleh Besson, dan mulai tayang di Indonesia sejak hari Selasa (24/1) yang lalu.

The Warriors Gate sebenarnya merupakan film yang digarap oleh EuropaCorp, rumah produksi milik Besson, dan Fundamental Films yang berasal dari Tiongkok. Ini adalah film ketiga yang mereka produseri bersama setelah The Transporter: Refueled (2015) dan Nine Lives (2016).

Karena sering bekerja sama itulah, Fundamental Films akhirnya mengakuisisi 27,9% saham EuropaCorp pada bulan September 2016. Valerian and the City of a Thousand Planets, yang dibintangi oleh Dane DeHaan dan Cara Delevingne, digadang-gadang bakal menjadi proyek terbesar mereka dengan bujet USD 180 juta!

Sementara itu, The Warriors Gate sendiri berkisah tentang seorang ababil asal Amerika bernama Jack (Uriah Shelton) yang secara ajaib pindah ke Tiongkok di masa lampau. Dengan menggunakan keahliannya bermain video game, Jack harus membantu para pendekar kung fu untuk melindungi kerajaan mereka dari serangan pasukan bar-bar yang dipimpin oleh Arun the Cruel (Dave Bautista).

Sang bintang utama, Uriah Shelton, sebelum ini sudah pernah bermain di film Lifted (2011). Aktor yang baru berusia 19 tahun itu juga pernah membintangi serial The Glades (2010-2013) dan tampil di serial Girl Meets World sejak tahun 2014.

Selain Shelton, The Warriors Gate juga mengusung nama beken Dave Bautista. Mantan pegulat profesional yang usianya hampir setengah abad itu sudah berpengalaman membintangi berbagai film action. Namun, karirnya mulai menanjak sebagai aktor laga papan atas setelah memerankan Drax the Destroyer di Guardians of the Galaxy (2014).

Pemain lainnya yang punya nama cukup beken adalah Sienna Guillory. MILF dengan ukuran dada 34B itu memerankan ibu Jack yang bernama Annie. Aktris asal Inggris tersebut mulai terkenal setelah berperan sebagai Jill Valentine di franchise Resident Evil (2002-2016)-nya Milla Jovovich.

Karena The Warriors Gate ber-setting di Tiongkok, dan diproduksi oleh studio asal Tiongkok, maka bintang-bintang Mandarin pun ikut tampil. Yang paling menarik perhatian adalah Ni Ni. Aktris berusia 28 tahun itu mulai naik daun setelah membintangi The Flowers of War (2011) besutan sutradara legendaris, Zhang Yimou. Bersama dengan Angelababy, Yang Mi, dan Liu Shishi, Ni Ni dinobatkan sebagai New Four Dan Actresses, alias empat aktris Mandarin paling top, pada 2013.

Dengan bujet cukup besar, hingga USD 48 juta, The Warriors Gate diharapkan bisa meraup untung. Sayangnya, setelah dirilis di Tiongkok pada 18 November 2016 yang lalu, film berdurasi 108 menit mendapat rating kurang positif dari situs IMDb.

***

The Warriors Gate

Sutradara: Matthias Hoene
Produser: Mark Gao, Luc Besson
Penulis Skenario: Luc Besson, Robert Kamen
Pemain: Mark Chao, Ni Ni, Uriah Shelton, Dave Bautista, Sienna Guillory, Francis Ng, Ron Smoorenburg, Dakota Daulby
Produksi: EuropaCorp, Fundamental Films
Durasi: 108 menit
Budget: USD 48 juta
Rilis: 18 November 2016 (Tiongkok), 24 Januari 2017 (Indonesia)

Ratings
IMDb: 5,4/10