Sebuah ungkapan yang sering menjadi favorit para supir truk.
Dibalik kesederhanaan kata-kata tersebut sebenarnya tersimpan makna yang dalam. Dari para supir truk pun sebenarnya kita bisa belajar banyak tentang kehidupan ini karena inspirasi memang bisa kita dapatkan dari manapun juga.
- Kesetiaan: Ungkapan tersebut mengajarkan kita tentang apa itu loyalitas atau kesetiaan yang saat ini sudah semakin luntur dalam kehidupan masyarakat yang cenderung pragmatis. Saat ini banyak orang-orang yang hanya memburu yang enak-enak saja. Mereka rela menanggalkan idealismenya demi segala macam kemewahan duniawi. Lihat saja tingkah laku para politisi yang bisa secepat kilat berubah. Dulu lawan sekarang kawan, dan sebaliknya, dulu kawan sekarang lawan. Tidak ada kesetiaan yang abadi, yang ada hanyalah kepentingan abadi.
- Kebodohan: Selain kesetiaan, bisa juga berarti kebodohan. Menunggu sesuatu yang tidak pasti. Bukankah masih banyak wanita lain di dunia ini? Cinta buta adalah pembodohan, menurut sebagian orang-orang yang menganut paham ini.
Saya tidak tahu pilihan Anda. Mungkin Anda menganggap itu kesetiaan, atau mungkin itu adalah suatu kebodohan? Itu hak Anda masing-masing.
Yang pasti antara kesetiaan dan kebodohan memang hanya dipisahkan oleh sebuah sekat tipis. Bagi Anda para loyalis, para pemuja kesetiaan, para idealis, bersiap-siaplah dikatakan “BODOH” oleh mereka yang tidak mengerti apa arti kesetiaan. Itu adalah harga yang harus Anda bayar untuk kesetiaan tersebut. Tetapi jangan khawatir, masih banyak juga orang-orang yang menghargai Anda. Dunia yang semakin pragmatis ini masih membutuhkan orang-orang idealis seperti Anda semua.
No comments:
Post a Comment