May 13, 2009

Pesta Demokrasi yang Membosankan

Entah kenapa rangkaian pesta demokrasi tahun ini terasa hambar dan membosankan. Tidak seperti dua periode sebelumnya tahun 1999 dan 2004. Tahun ini, pemilu sangat tidak menghibur dan mudah ditebak. Unsur-unsur kejutan tidak muncul (atau sengaja dibuat tidak muncul?) dan hanya dihiasi oleh 4L (lu lagi lu lagi). Memang pemilu bukanlah pertandingan sepak bola yang bisa menghibur jutaan orang. Meskipun demikian, tidak ada salahnya juga sebagai rakyat, kita mengharapkan hiburan lima tahun sekali sehingga pesta demokrasi yang kita selenggarakan bisa dinikmati oleh semua kalangan.

Kita masih ingat tahun 1999, kejutan besar adalah naiknya Gus Dur menjadi presiden, lalu tahun 2004 adalah gagalnya Megawati kembali menjadi RI 1. Tahun ini sepertinya kita sudah bisa menebak hasilnya. Meskipun saya berharap masih bisa berubah karena pertandingan yang sebenarnya masih belum dimulai. Satu-satunya kejutan tahun ini menurut para pengamat politik adalah naiknya suara Partai Demokrat. Satu-satunya hiburan adalah tingkah laku para caleg gagal yang stress, atau yang mengambil kembali barang-barang yang sudah disumbangkan kepada rakyat karena mereka tidak dipilih.

Sepertinya rakyat Indonesia sudah mulai apatis dan mulai menurun gairah politiknya. Penurunan gairah ini bisa disebabkan banyak hal. Seperti halnya produk yang tidak laku. Rakyat selaku konsumen sepertinya sudah bosan karena parpol, selaku produsen, hanya menawarkan barang dagangan yang “itu-itu aja” dan tidak ada terobosan baru yang diciptakan atau ditampilkan. Program-program yang ditawarkan sudah kadaluarsa termasuk juga tokoh-tokohnya. 

Jadi tidak heran, pada pemilu legislatif kemarin pemenang yang sesungguhnya adalah GOLPUT. Angka golput mencapai 40% lebih, sedangkan tidak ada satupun parpol yang berhasil meraih suara sampai 40%, paling tinggi hanya sekitar 20%. Memang carut marut DPT dituduh banyak kalangan (terutama parpol-parpol yang kalah) mempertinggi angka golput. Tetapi saya yakin, seandainya DPT-nya baik sekalipun, angka golput akan tetap tinggi dan tetap menjadi real winner.

Pilpres dua bulan lagi pun akan tetap sama. Sepertinya golput akan kembali “menang” untuk kedua kalinya tahun ini. Apalagi capres-capres tahun ini masih didominasi muka-muka lama yang sudah pernah gagal dan masih belum kapok untuk kembali gagal. Demi bangsa mereka berani gagal berkali-kali. Para kakek dan nenek ternyata masih tinggi nafsunya. Ungkapan tua-tua keladi rasanya pas buat mereka. Sedangkan anak-anak muda semakin terpinggirkan. Bayangkan, hanya untuk memperebutkan posisi “ban serep” saja sangat sulit untuk dicapai karena masih banyak “ban-ban bekas” yang ingin terus menggelinding dalam roda kekuasaan.

OK-lah, untuk tahun ini sepertinya kita relakan pertunjukan yang membosankan tadi karena nasi sudah menjadi bubur. Tapi lima tahun ke depan saya yakin tidak akan terjadi lagi. Lima tahun yang akan datang saatnya kita buat pesta demokrasi yang lebih meriah (tapi damai) dengan memunculkan produk-produk baru yang inovatif dan layak jual. Produk-produk tersebut harus mulai dipersiapkan dari sekarang sehingga lima tahun lagi sudah siap diluncurkan ke publik. Mari kita lupakan produk-produk bekas yang sudah out of date. Lima tahun lagi tempat yang layak bagi mereka adalah di museum, bukan di kertas suara. Semoga.

No comments: