May 21, 2009

Hidup Sukses Dimulai dengan Impian

Apa definisi sukses menurut Anda? Kaya, bahagia, dihormati, mati masuk surga, keluarga sakinah, istri cantik (atau istri tiga? Hehehe…), suami ganteng, jadi anggota legislatif, jadi presiden, jadi konglomerat, atau yang lainnya? Kesuksesan seperti apa yang Anda impi-impikan selama ini? Apakah Anda sudah mulai mencapainya? Kalau belum apa yang harus Anda lakukan untuk mencapainya?

Menurut saya, sukses itu dibangun setiap hari bukan dibangun sesaat. Bukan juga keberuntungan yang membuat orang itu sukses. Sukses adalah hasil perpaduan antara kesempatan dan persiapan (kerja).

Sebenarnya banyak orang belum mencapai sukses karena tidak bisa meninggalkan kebiasaan-kebiasaanya atau pikiran-pikiran buruknya. Banyak yang menyalahkan nasib kenapa dia dilahirkan di lingkungan orang yang tidak kaya sehingga dia menjadi sulit menjadi kaya. Banyak juga yang menyalahkan orang lain, misalnya: orang tua tidak pernah mendukungnya, anak-anaknya tidak berbakti kepadanya, suaminya/istrinya terlalu banyak menuntut, dsb. Pikiran tersebut pada akhirnya akan membuat orang itu putus asa dan membuat hidupnya sia-sia.

Salah satu cara untuk mencapai kesuksesan adalah dengan memiliki impian (menurut buku Berpikir dan Menjadi Sukses, karya Dr. David J. Schwartz). Masalahnya banyak orang tidak mau memiliki impian atau sudah trauma untuk memiliki impian karena merasa sudah berkali-berkali memiliki impian tetapi selalu gagal mewujudkannya.

Akhirnya dia merasa bahwa kegagalan itu sudah menjadi jatahnya atau nasibnya dan berhenti berusaha karena buat apa berusaha kalau memang sudah ditakdirkan untuk gagal. Ada juga yang merasa dirinya penuh dosa sehingga mungkin Tuhan marah dan menghukumnya tidak bisa sukses seumur hidup.

Benih impian sendiri sebenarnya bisa tumbuh dan berkembang, tergantung orang tersebut merawatnya atau tidak. Seperti halnya petani, ada tiga fase yang harus dilalui sebelum kita memetik buah dari benih impian tersebut.
  1. Fase pertama adalah membajak tanah. Kita harus mempersiapkan diri kita terlebih dahulu dengan segera berusaha secepat dan sebanyak mungkin untuk belajar guna memahami pengetahuan dan menguasai kemampuan yang dibutuhkan untuk mewujudkan impian kita. Sekali lagi, BELAJAR.
  2. Fase kedua adalah menabur benih. Kita harus rajin melakukan tindakan. Bukan hanya teori, tetapi praktek langsung di lapangan. Banyak berlatih dan jangan takut gagal. Memang tidak semua benih akan tumbuh seperti yang kita harapkan, ada yang mati tanpa pernah tumbuh, ada yang tumbuhnya tidak seperti yang kita kehendaki, tetapi ada juga yang tumbuh seperti yang kita harapkan. Ingat! Tidak ada tanaman yang semua daunnya mulus atau semua batangnya bagus. Selalu ada kekurangan yang harus diperbaiki.
  3. Fase ketiga adalah memupuk – mengairi – merawat – menjaga. Kalau kita melihat dari semua fase yang ada, fase ini adalah fase yang cukup berat untuk dilalui. Kabar buruknya, fase ini harus dilalui, karena bila tidak, hasil panen akan jauh dari harapan atau bahkan gagal panen. Pada fase ini banyak orang melakukan kesalahan yang seharusnya tidak dilakukan, yang mana membuat tanaman yang siap panen mengalami kerusakan dan kalau tidak dibenahi akan berakibat gagal panen. Karena itu, jangan pernah berhenti belajar dan berusaha mengembangkan diri karena sekali kita lalai, kegagalan adalah buahnya. Jangan pernah merasa sudah matang, karena sekali kita merasa matang, busuk adalah buahnya.
Jadi, impian seperti halnya tumbuhan yang akan terus bertumbuh apabila terus dipupuk dan dibina, sehingga bisa menghasilkan buah yang bisa dinikmati oleh banyak orang, bukan hanya dinikmati sendirian.

Howard Schultz, pemilik bisnis Star Buck Café, yang punya cabang sebanyak 1500 cafe di dunia, mengatakan: ”Saya yakin bahwa setiap orang pasti bisa mewujudkan impiannya jika mereka terus berusaha. Tetapi keberhasilan hanya sesuatu yang semu apabila Anda mencapai garis akhir sendirian. Karena semakin banyak pemenang yang Anda bawa (para pekerja, para konsumen, pemilik saham, distributor, pembaca), semakin berharga kemenangan yang Anda capai.”

No comments: