Begitu juga dengan kasus seperti ini: Mungkin Anda mengenal seseorang yang menurut Anda orang tersebut baik, saleh, religius, dsb, tetapi ternyata kehidupannya (misalnya secara ekonomi) memprihatinkan. Sedangkan ada orang lain yang sepertinya tidak terlalu baik, tidak religius, dsb, tetapi kehidupannya serba berkecukupan. Mungkin Anda bertanya-tanya, apakah Tuhan sudah bertindak tidak adil? Kenapa orang yang ‘baik’ dibuat menderita sedangkan orang yang ‘kurang baik’ hidupnya berlebihan?
Ini adalah jawaban versi saya (yang belum tentu benar menurut Anda): Orang baik yang berkekurangan tersebut mungkin sudah pernah melakukan SEBUAH kesalahan fatal dalam hidupnya, mungkin tidak banyak orang yang tahu dan hanya Tuhan yang tahu perbuatan buruknya tersebut. (Dalam ajaran Buddha, ini disebut karma buruk, atau mungkin sangat buruk. Bahkan, bisa saja kesalahan itu dibuat dalam kehidupan sebelumnya karena para pengikut Buddha mempercayai adanya reinkarnasi atau tumimbal lahir).
Sedangkan orang yang ‘kurang baik’ tetapi berkecukupan tersebut, mungkin tidak pernah membuat sebuah kesalahan fatal, hanya ‘ribuan’ kesalahan-kesalahan kecil dan sudah pernah melakukan SEBUAH perbuatan yang amat sangat baik dalam hidupnya atau kehidupan sebelumnya (bila Anda percaya reinkarnasi), di mana mungkin tidak banyak orang yang tahu dan hanya Tuhan yang tahu perbuatan baiknya itu.
Contoh lainnya: Andaikata Anda mempunyai dua orang anak. Keluarga Anda adalah keluarga yang ‘tidak kaya’ dan sederhana. Anak yang pertama sangat sayang dan perhatian kepada Anda dan dia selalu menghargai pemberian Anda. Suatu saat, anak pertama ini terlibat dalam suatu kasus kejahatan, misalnya membunuh dan memutilasi orang (seperti kasusnya Rian Jombang). Sedangkan anak yang kedua tergolong anak yang ‘bersih’ dan tidak pernah berbuat suatu kejahatan. Tetapi, suatu saat dia menyakiti hati Anda dengan mengatakan Anda orang tua miskin yang tidak bertanggung jawab karena tidak bisa memberikan banyak hal kepadanya. Kira-kira mana yang lebih Anda sayangi, anak pertama yang mutilator tersebut atau anak kedua yang sudah pernah menyakiti hati Anda? Mutilasi atau pembunuhan adalah sebuah kejahatan besar di muka hukum. Tetapi, di hati Anda sebagai orang tua, mungkin tindakan anak kedua lebih pantas dihukum seberat-beratnya.
Sudah menjadi persepsi umum di dalam masyarakat bahwa kesalahan-kesalahan besar adalah perbuatan yang illegal dan melanggar hukum, seperti membunuh, memperkosa, merampok, mencuri, mengkorupsi uang rakyat, mengedarkan narkoba, melacurkan diri, mencemarkan nama baik seseorang, dll, yang sering menjadi headline di media massa. Tetapi, tidak banyak yang menyadari bahwa sebuah perbuatan yang kita anggap ‘sepele’, seperti kemalasan, ketidakadilan, kemunafikan, kebohongan, ketidakjujuran, ketidaksetiaan, dsb, seringkali lebih berakibat fatal dan menyakitkan bagi orang-orang tertentu daripada rentetan penyakit masyarakat seperti yang saya sebutkan di atas.
Wah, kalau begitu kita harus menjadi manusia yang tanpa cacat sedikit pun? Tidak. Bukan itu yang saya maksud. Sebagai manusia, kita pasti membuat banyak kesalahan karena tidak ada manusia yang sempurna. Yang harus kita pahami, sebuah kesalahan, meskipun cuma sekali, tetapi kalau menyakitkan, akan fatal akibatnya. Karena nila setitik, rusak susu sebelanga. Berhati-hatilah, jangan sampai membuat orang lain, terutama orang-orang yang mencintai kita, sakit hati karena kesalahan fatal yang kita buat. Lebih baik membuat seribu kesalahan kecil daripada satu kesalahan fatal. Seribu kesalahan kecil bisa ditebus dengan satu kebaikan besar. Tetapi, satu kesalahan fatal sulit dilunasi dengan apa pun, bahkan dengan seribu kebaikan besar sekali pun.
Nah, bagi Anda yang mungkin sudah pernah melakukan sebuah kesalahan fatal, jangan berkecil hati terlebih dahulu dengan tulisan saya di atas. Ambil hikmahnya. Jadikan sebagai pembelajaran untuk memperbaiki kehidupan Anda. Orang yang menyadari dan mengakui kesalahannya adalah orang yang patut diberi kesempatan kedua. Dan yakinlah, meskipun tidak ada orang yang mau memaafkan, harapan akan selalu ada karena Anda masih memiliki Tuhan. Dengan bertobat, saya percaya Anda masih bisa terselamatkan karena Tuhan bukan manusia yang tidak mudah memaafkan.
PS:
No comments:
Post a Comment