March 03, 2017

Preview Film: Max Steel (2016)


Sejak dirilis oleh Mattel, yang juga merupakan produsen dari boneka Barbie, pada tahun 1997, Max Steel langsung menjadi salah satu action figure paling populer dan paling laris di dunia. Bahkan, berdasarkan presentasi Mattel di American International Toy Fair, Max Steel menjadi mainan best seller di kawasan Amerika Latin.

Kesuksesan toy line berupa robot-robotan tersebut, seperti biasa, memantik industri hiburan untuk mengadaptasinya menjadi sebuah film. Yang pertama diproduksi adalah serial kartun Max Steel yang tayang di televisi pada tahun 2000 hingga 2002. Lalu, diikuti oleh sembilan film animasi dalam bentuk direct-to-video yang dirilis setiap tahun dari 2004 hingga 2012.

Studio besar, Paramount Pictures, sempat membeli hak untuk memfilmkan Max Steel versi live-action pada tahun 2009. Mereka berniat menciptakan franchise baru dengan Taylor Lautner sebagai bintang utama. Sayangnya, proyek ini kemudian batal.

Pada tahun 2013, mbah-nya film animasi, Disney, me-reboot serial Max Steel di channel Disney XD dan membuatnya semakin terkenal. Setelah itu, muncul kembali rencana untuk mengangkatnya ke layar lebar. Kali ini, Mattel sendiri yang turun tangan, bekerja sama dengan Dolphin Entertainment, untuk membiayai film yang akhirnya menelan bujet USD 10 juta ini.

Disutradarai oleh Stewart Hendler, Max Steel versi live-action berkisah tentang seorang ababil bernama Max McGrath (Ben Winchell), yang baru saja pulang ke kampung halamannya. Saat sedang beradaptasi dengan lingkungan barunya, Max tanpa sengaja memasuki laboratorium dan mendapatkan kekuatan super dari teknologi esoteric energy temuan almarhum ayahnya, Jim McGrath (Mike Doyle), seorang ilmuwan misterius.

Dengan kekuatan supernya, Max mampu menggerakkan dan memanipulasi semua energi yang ada di alam ini. Selain itu, dia juga ditemani oleh semacam robot alien mini bernama Steel (suaranya diisi oleh Josh Brener). Mereka kemudian bersatu dan menjadi superhero turbo-charged bernama Max Steel.

Seperti superhero lainnya, Max Steel juga punya musuh. Yang menjadi villain utamanya adalah Dr. Miles Edwards (Andy Garcia). Sosok antagonis dengan nama julukan Miles Dredd itu merupakan CEO dari N-Tek dan mantan partner almarhum bokap Max, Jim McGrath.

Selain diburu oleh Miles Dredd, Max Steel juga harus menghadapi makhluk misterius dari galaksi lain yang ingin merebut kekuatannya. Mampukah kolaborasi dari ababil super dan robot alien tersebut mengalahkan musuh-musuh jahat mereka?

Jika ditilik dari trailer-nya yang dirilis oleh Open Road Films beberapa waktu yang lalu, nuansa futuristis sangat terasa. Bisa dibilang, Max Steel  merupakan perpaduan antara Tron dan Iron Man. Hanya saja, ini adalah versi young-adult-nya, karena tokohnya seorang cowok abege.

Sayangnya, setelah tayang di Amerika Serikat pada 14 Oktober 2016 yang lalu, film yang hanya berdurasi 92 menit ini mendapat rating sangat negatif dari berbagai situs review. Para kritikus menilai, Max Steel gagal total. Pihak produser mungkin harus berpikir ulang jika ingin menjadikannya sebagai awal dari sebuah franchise superhero baru.

***

Max Steel

Sutradara: Stewart Hendler
Produser: Bill O'Dowd, Julia Pistor
Penulis Skenario: Christopher L. Yost
Berdasarkan: Max Steel by Mattel
Pemain: Ben Winchell, Maria Bello, Ana Villafañe, Josh Brener, Andy García
Musik: Nathan Lanier
Sinematografi: Brett Pawlak
Penyunting: Michael Louis Hill
Produksi: Dolphin Films, Mattel Playground Productions, Ingenious Media
Distributor: Open Road Films
Durasi: 92 menit
Budget: USD 10 juta
Rilis: 14 Oktober 2016 (Amerika Serikat), 28 Februari 2017 (Indonesia)

Ratings
IMDb: 4,6/10
Rotten Tomatoes: 0%
Metacritic: 22/100
CinemaScore: B


No comments: