March 03, 2017

Preview Film: Lion (2016)


Setelah diterbitkan di Australia pada tahun 2013 yang lalu, A Long Way Home berhasil menyita perhatian khalayak luas. Buku non-fiksi yang berisi kisah nyata perjalanan hidup Saroo Brierley itu sangat inspiratif dan mengharukan bagi siapapun yang membacanya.

Kesuksesan A Long Way Home tersebut membuat para produser film asal Australia tertarik untuk mengadaptasinya ke layar lebar. Seperti bukunya, versi filmnya, yang diberi judul Lion, juga mendapat sambutan sangat positif. Bahkan, menjadi salah satu nominasi film terbaik di Academy Awards, alias Piala Oscar, yang bakal dihelat pada akhir bulan Februari ini.

Saroo Brierley, sang penulis buku, mengaku tak pernah menyangka bahwa perjalanan hidupnya bakal difilmkan, apalagi sampai menembus ajang prestisius sekelas The Oscars. Pria kelahiran tahun 1981 yang kini menjadi pengusaha di Hobart, Tasmania itu sangat tersentuh ketika mengetahui film Lion mendapat apresiasi positif, tidak hanya di Australia, tapi juga di seluruh dunia.

Terlahir dengan nama Sheru Munshi Khan di Khandwa, Madhya Pradesh, India, masa kecil Saroo sangat sengsara. Bokapnya minggat entah ke mana saat dia masih balita. Sang nyokap terpaksa harus banting tulang sebagai pekerja di proyek bangunan untuk menghidupi Saroo dan kedua abangnya, Guddu dan Kallu.

Hubungan Saroo dengan kakaknya yang bernama Guddu sangat dekat. Mereka layaknya Batman and Robin. Di mana ada Guddu, di situ ada Saroo. Setiap hari, kakak beradik itu pergi ke stasiun kereta api untuk melakukan pekerjaan kasar, mengangkut barang-barang penumpang, hingga mengemis, demi sesuap nasi dan sekeping uang.

Pada suatu malam, karena kecapekan dan tertidur di dalam gerbong, Saroo terpisah dari abangnya. Bocah yang baru berusia lima tahun itu terbawa kereta api hingga ke Kolkata, yang berjarak 1.600 kilometer dari tempat tinggalnya!

Tersesat seorang diri di sebuah kota asing, yang bahasanya bahkan tidak ia mengerti, membuat Saroo makin sengsara dan terlunta-lunta. Setiap hari, ia harus bertahan hidup di jalanan Kolkata yang keras dan penuh dengan orang-orang jahat.

Hidup Saroo mulai berubah ketika ia ditampung di sebuah panti asuhan, dan akhirnya mencapai titik balik setelah ada sepasang suami-istri asal Australia, Sue dan John Brierley, yang mengadopsinya. Bocah dengan penampilan kumal dan dekil itu pun dibawa pindah ke Negeri Kanguru.

Dua puluh tahun berlalu, meski sudah hidup enak di Australia, hati Saroo tetap gelisah. Dia mulai mempertanyakan tempat kelahirannya. Penggalan-penggalan dari kenangan masa kecilnya terus memenuhi pikirannya.

Saroo kemudian mulai melakukan pencarian terhadap keluarga aslinya di India. Dia sama sekali tidak mengetahui bagaimana kondisi mereka saat itu. Bahkan, untuk mencari keberadaan ibu kandungnya, Saroo sampai menggunakan fasilitas Google Earth!

Obsesi tersebut nyaris membuat Saroo melupakan ibu adopsinya, Sue Brierley, yang sangat menyayanginya, layaknya anak kandung sendiri. Hubungan Saroo dengan sang pacar di Australia juga terancam kandas karena terlalu sibuk mencari ibunya di India.

Kehidupan Saroo, mulai dari kecil, terpisah dari keluarga, hingga akhirnya bisa bersatu kembali dengan ibunya itulah yang ditampilkan secara detail oleh Lion. Film berdurasi 118 menit tersebut baru diputar di bioskop-bioskop Indonesia mulai hari Kamis (23/2) ini. Dibintangi oleh sejumlah nama beken Hollywood seperti Dev Patel, Nicole Kidman, dan Rooney Mara.

Saat hadir di Jakarta bulan lalu, dalam rangka Festival Sinema Australia Indonesia 2017, Saroo Brierley mengaku sangat bersyukur dan bahagia. Meski ada sedikit perbedaan dari buku memoir A Long Way Home yang ia tulis, menurutnya, film Lion sangat istimewa. Kala menontonnya pertama kali, dia hanya bisa bersandar di kursi, lemas, dan akhirnya meneteskan air mata.

Film yang menjadi debut bagi sutradara Garth Davis ini, kabarnya, memang mengaduk-aduk emosi. Para penonton bakal disuguhi gambaran tentang kehidupan anak-anak jalanan yang rentan terhadap kekerasan dan kejahatan.

Faktanya, setiap tahun setidaknya ada 80.000 anak hilang di India. Banyak orang yang tak peduli dengan nasib bocah-bocah malang tersebut. Kalau pun ada, biasanya mereka dimanfaatkan untuk melakukan hal-hal yang tidak baik.

Melalui Lion, Saroo ingin memberi harapan untuk orang-orang yang senasib dengan dirinya, bahwa masih ada cahaya di ujung terowongan. Dia berharap, semua yang menonton film ini bakal terinspirasi. Bukan hanya di India, tapi juga di pelosok-pelosok dunia lainnya.

Meski telah menemukan keluarga kandungnya di India, hingga kini, Saroo masih tetap tinggal di Australia, bersama ibu angkat yang telah membesarkannya. Dia sangat mengagumi Sue, yang memilih untuk tidak memiliki anak sendiri dan mengadopsi dirinya. Sosok wanita mulia yang di film Lion ini diperankan dengan apik oleh Nicole Kidman itu memang bertujuan membantu anak-anak yang kurang beruntung di dunia.

Selama empat tahun terakhir ini, Saroo sudah 14 kali bolak-balik ke India. Meski sempat terlintas di benaknya untuk membawa sang ibu ke Australia, dia sadar tak mungkin memisahkan ibunya dengan kampung halaman yang sudah seumur hidup ditinggali. Oleh karena itu, Saroo kemudian memutuskan untuk membuatkan rumah bagi ibu kandungnya di India.

Sementara itu, Dev Patel ternyata harus berjuang keras untuk mendapatkan peran sebagai Saroo. Meski sudah cukup terkenal di Hollywood, bintang film terbaik Piala Oscar 2009, Slumdog Millionaire (2008), tersebut tidak dispesialkan oleh sutradara Garth Daves. Dia tetap harus mengikuti audisi seperti yang lainnya.

Menurut Patel, kisah dan perjalanan hidup Saroo sangat menyentuh. Sebagai aktor keturunan India, Dev sangat menginginkan peran tersebut. Oleh karena itu, begitu mendengar kabar tentang proyek film Lion, dia langsung mendatangi rumah sang penulis skenario, Luke Davies, dan bilang ingin ikut main.

Setelah berhasil mendapatkan peran yang dia inginkan, Dev pun mencurahkan seluruh hidupnya untuk film Lion. Dia menyewa seorang trainer untuk membentuk tubuh dan menambah berat badannya. Selain itu, Dev juga memanjangkan rambut dan menumbuhkan cambang.

Tantangan berat lain bagi Dev adalah mempelajari aksen Australia. Aktor kelahiran Inggris itu bahkan rela menghabiskan waktu satu jam per hari untuk belajar logat Aussie dari seorang guru bahasa asal Sydney, Jenny Kent. Lewat Skype, dia berlatih rutin setiap hari selama delapan bulan hingga aksen Australia-nya terdengar paten!

Upaya keras Dev Patel dalam memerankan Saroo akhirnya berbuah manis. Bersama dengan Nicole Kidman, yang berperan sebagai Sue, cowok berusia 26 tahun itu berhasil masuk nominasi Piala Oscar kategori aktor dan aktris pendukung terbaik.

Dev Patel pun tercatat sebagai aktor keturunan India ketiga yang berhasil masuk nominasi Academy Awards. Dia mengikuti jejak Merle Oberon, yang mendapatkan nominasi lewat film The Dark Angel (1935), dan Ben Kingsley, yang tampil apik di film House of Sand and Fog (2004).

Salah satu kejadian menarik adalah ketika Dev bertemu untuk pertama kalinya dengan Saroo, tokoh yang ia perankan. Dari yang awalnya gugup, Dev akhirnya merasa lega  Saroo ternyata adalah sosok pria yang terbuka dan menyenangkan. Mereka bisa langsung akrab dengan mudah.

Saroo pun memuji akting Dev dan Nicole Kidman, yang memerankan ibu angkatnya. Menurutnya, dua bintang Hollywood tersebut telah mencurahkan segenap jiwa dan raganya untuk bermain di film Lion. Saroo menilai mereka berdua mampu menggambarkan apa yang terjadi dalam hidupnya dengan luar biasa baik.

Selain Dev dan Nicole, pemain lain yang berhasil mencuri perhatian adalah aktor cilik, Sunny Pawar, yang memerankan Saroo kecil. Penampilan bocah yang baru berusia delapan tahun itu dianggap sangat brilian. Performa gemilangnya menjadi kunci di setengah bagian awal film Lion. Bahkan, sebenarnya, dialah yang menjadi aktor utama di film berbujet USD 12 juta ini.

Meski belum pernah bermain film sebelumnya, Sunny dinilai mampu menampilkan emosi karakter Saroo kecil yang begitu rumit. Tanpa banyak dialog, bocah asal India itu sangat piawai menggunakan bahasa tubuhnya untuk "berbicara". Lewat tatapan mata dan gerak-geriknya, Sunny mampu menunjukkan rasa takut, frustrasi, hingga pasrah, seperti layaknya anak kecil yang terpisah dari keluarganya.

Para kritikus menilai penampilan hebat Sunny, ditambah dengan plot cerita yang sangat dramatis, itulah yang membuat setengah bagian awal film Lion sangat kuat dan menyentuh. Yang sayangnya, di setengah bagian akhir agak menurun karena lumayan bertele-tele, terutama saat menceritakan tentang pacar Saroo yang bernama Lucy (Rooney Mara). Seandainya hanya fokus pada keluarga Saroo, mungkin kisahnya bakal lebih menggetarkan. 

Yang pasti, secara keseluruhan, Lion mendapat respon positif dari para kritikus dan menjadi salah satu film drama terbaik yang dirilis pada tahun 2016. Kisah perjalanan hidup Saroo ini juga cukup menguras air mata dan bikin baper. Oleh karena itu, ada baiknya para penonton membawa tisu atau sapu tangan. 

***

Lion

Sutradara: Garth Davis
Produser: Iain Canning, Angie Fielder, Emile Sherman
Penulis Skenario: Luke Davies
Berdasarkan: A Long Way Home by Saroo Brierley with Larry Buttrose
Pemain: Sunny Pawar, Dev Patel, Rooney Mara, David Wenham, Nicole Kidman
Musik: Hauschka, Dustin O'Halloran
Sinematografi: Greig Fraser
Penyunting: Alexandre de Franceschi
Produksi: See-Saw Films, Aquarius Films, Screen Australia, Sunstar Entertainment, The Weinstein Company
Distributor: The Weinstein Company, Transmission Films, Entertainment Film Distributors
Durasi: 118 menit
Budget: USD 12 juta
Rilis: 10 September 2016 (TIFF), 25 November 2016 (Amerika Serikat), 19 Januari 2017 (Australia), 23 Februari 2017 (Indonesia)

Ratings
IMDb: 8/10
Rotten Tomatoes: 86%
Metacritic: 69/100


No comments: