October 12, 2016

Preview Film: Inferno (2016)


The Da Vinci Code telah membuat Dan Brown menjadi salah satu pengarang terlaris dan terkaya di dunia. Berkat novel terbitan tahun 2003 yang sudah dicetak dan dialihbahasakan ke 40 negara tersebut, namanya bisa bersanding dengan E. L. James, Stephenie Meyer, dan J. K. Rowling.

Dalam 16 tahun terakhir, Dan Brown memang berhasil mendominasi industri penerbitan buku internasional. Novelis berusia 52 tahun tersebut mampu menciptakan dongeng baru dan menginterpretasi sejarah dengan kode-kodenya yang jenius. Sejak tahun 2000, novel-novelnya telah terjual hingga 200 juta kopi di seluruh dunia!

Kesuksesan itulah yang akhirnya membuat Sony Pictures, lewat anak perusahaannya, Columbia Pictures, dan Imagine Entertainment, milik sutradara Ron Howard, berani mengangkat The Da Vinci Code ke layar lebar pada tahun 2006. Mereka membeli hak untuk memfilmkan novel fenomenal tersebut dari Dan Brown seharga USD 6 juta.

Meski kala itu mendapat review negatif dari para kritikus, The Da Vinci Code ternyata cukup sukses secara box office. Dengan modal "hanya" USD 125 juta, Sony Pictures mampu meraup pemasukan hingga USD 758 juta secara global.

Film keduanya, Angels & Demons (2009), yang sebenarnya merupakan prekuel dari The Da Vinci Code, kembali mendapat review yang kurang positif dari para kritikus. Namun, film yang diadaptasi dari novel berjudul sama terbitan tahun 2000 itu lagi-lagi mampu meraup pemasukan hingga USD 485 juta secara global. Masih di atas bujetnya yang "hanya" USD 150 juta.

Tahun ini, Columbia Pictures dan Ron Howard kembali berkolaborasi dengan mengangkat karya terbaru Dan Brown yang berjudul Inferno ke layar lebar. Novel terbitan tahun 2013 itu sebenarnya adalah novel keempat dalam seri petualangan Robert Langdon.

Novel ketiganya, yang berjudul The Lost Symbol (2009), entah kenapa, dilompati dan tidak difilmkan. Ada yang bilang, karena kisahnya menguak tentang komunitas rahasia Freemasonry, yang dulu konon berkaitan langsung dengan pembentukan negara Amerika Serikat.

Namun, ada juga kritikus yang berpendapat bahwa kisah The Lost Symbol, yang ber-setting di Washington, D.C., terlalu mirip dengan film rilisan Disney, yaitu National Treasure (2004) yang dibintangi Nicolas Cage. Oleh karena itu, Sony Pictures Entertainment kemudian mengambil keputusan untuk langsung memfilmkan Inferno daripada novel ketiganya.

Seperti dua film sebelumnya, Ron Howard kembali ditunjuk sebagai sutradara Inferno pada 16 Juli 2013. Filmmaker berusia 62 tahun itu pernah meraih Piala Oscar kategori Best Director lewat A Beautiful Mind (2001) dan sudah berpengalaman menelurkan film dalam berbagai genre. Antara lain Grand Theft Auto (1977), Far and Away (1992), Apollo 13 (1995), Ransom (1996), Cinderella Man (2005), Frost/Nixon (2008), dan kisah nyata balap Formula 1, Rush (2013).

Sebagai penulis naskah, Ron Howard menggandeng David Koepp untuk mengadaptasi novel karangan Dan Brown yang sudah terjual 30 juta kopi tersebut. Sebelum ini, Koepp sudah familiar dengan kisah Robert Langdon karena dia jugalah yang menggarap skenario Angels & Demons bersama Akiva Goldsman.

Kisah Inferno sendiri memang masih berkutat di sekitar Robert Langdon. Seperti biasa, simbolog jenius dengan ingatan fotografik yang diperankan oleh Tom Hanks tersebut kembali ditemani oleh seorang wanita cantik. Kali ini, tepatnya, adalah seorang dokter muda bernama Sienna Brooks (Felicity Jones).

Meski dikisahkan masih betah menjomblo di usia hampir setengah abad, karakter Robert Langdon sendiri bukan tergolong jones, alias jomblo ngenes. Itu karena professor simbologi yang mengajar di Harvard University tersebut selalu didampingi oleh seorang cewe caem setiap berpetualang. Sebut saja Vittoria Vetra (Angels & Demons), Sophie Neveu (The Da Vinci Code), dan Katherine Solomon (The Lost Symbol).

Cerita Inferno dibuka dengan terbangunnya Robert Langdon di sebuah rumah sakit di Florence, Italia, dalam kondisi lost memory, alias setengah amnesia. Karakter yang merupakan alter-ego dari sang pengarang, Dan Brown, tersebut tak bisa mengingat kejadian yang menimpa dia beberapa hari sebelumnya.

Sialnya, dalam kondisi setengah sadar tersebut, Langdon diburu oleh seorang wanita misterius yang mengancam nyawanya. Selain itu, juga ada pasukan dengan kostum serba hitam yang mengejarnya. Untungnya, ada dokter manis, Sienna Brooks, yang kemudian membantu Langdon untuk melarikan diri.

Dalam pelariannya, Langdon perlahan sadar bahwa dia mendapat titipan dari seorang tante-tante setengah baya yang selalu hadir dalam mimpinya. Titipan tersebut berupa silinder kecil bertanda biohazard yang ternyata berisi kode rahasia tentang senjata biologis ciptaan Bertrand Zobrist (Ben Foster), seorang ilmuwan transhumanis yang terobsesi untuk mengatasi masalah overpopulation.

Zobrist, yang juga seorang miliarder tersebut, menciptakan virus pemusnah massal dengan tujuan mengurangi populasi manusia yang sudah berlebihan di muka bumi. Ide gilanya itu terinspirasi dari gambaran neraka dalam puisi terkenal abad ke-14, Inferno, karya sastrawan kondang asal Italia, Dante Alighieri. Dalam menjalankan misinya, Zobrist dibantu oleh organisasi rahasia, The Consortium, yang dipimpin oleh The Provost (Irrfan Khan).

Masalah menjadi pelik ketika Zobrist tewas bunuh diri dan senjata pemusnah massal tersebut tinggal menunggu waktu untuk diluncurkan. Dengan dibantu oleh Sienna, Langdon pun diburu waktu untuk memecahkan kode-kode rahasia yang tersembunyi dalam karya Dante dan mencegah supaya virus mematikan ciptaan si megalomaniak Zobrist tidak tersebar ke seluruh dunia.

Selama ini, kisah petualangan Robert Langdon memang selalu berkaitan dengan komunitas rahasia. Antara lain, Illuminati di Angels & Demons, Priory of Sion dan Opus Dei di The Da Vinci Code, serta Freemasonry di The Lost Symbol.

Nah, The Consortium di Inferno ini adalah organisasi rahasia terbaru yang dimunculkan oleh Dan Brown. Seperti halnya Illuminati, Priory of Sion, Opus Dei, dan Freemasonry, pengarang novel Digital Fortress (1998) itu juga mengklaim bahwa komunitas semacam The Consortium itu memang ada saat ini!

Sementara itu, sutradara Ron Howard mengaku sengaja langsung meloncat ke Inferno, bukan The Lost Symbol, karena ingin menghadirkan kisah Robert Langdon yang berbeda dan menarik. Dia merasa, novel terakhir Dan Brown tersebut bakal lebih mengena jika diangkat ke layar lebar.

Berbeda dengan dua film sebelumnya, Inferno tidak hanya mengangkat unsur religi dan sejarah yang kental. Namun, juga menghadirkan isu global yang melanda masyarakat saat ini. Yaitu, tentang populasi manusia yang semakin tak terkendali.

Di lain pihak, Tom Hanks, yang untuk kali ketiga memerankan Robert Langdon, mengaku sangat menyukai karakter sang ahli simbol tersebut. Menurutnya, Langdon layak disebut sebagai pahlawan karena kerap menjadi penyelamat. Padahal, dia tidak mempunyai kekuatan layaknya superhero, hanya mengandalkan intelektualitasnya saja.

Selain Tom Hanks, film Inferno juga diperkuat oleh beberapa pemeran pendukung yang sudah ternama, seperti Felicity Jones, Omar Sy, dan Ben Foster. Namun, yang paling menarik perhatian adalah Irrfan Khan yang berperan sebagai Harry Sims, alias The Provost, pemimpin The Consortium.

Meski berasal dari India, Irrfan Khan sudah berpengalaman dalam membintangi film-film Hollywood. Aktor 49 tahun yang tinggal di Mumbai itu melejit sejak menjadi pemeran pembantu di Film Terbaik Piala Oscar, Slumdog Millionaire (2008). Karirnya kemudian terus menanjak setelah dia terlibat di The Amazing Spider-Man (2012), Life of Pi (2012), Jurassic World (2015), dan terakhir mengisi suara Baloo di The Jungle Book (2016) edisi khusus berbahasa Hindi.

Adapun, karena banyak berkutat di Italia, syuting film Inferno mayoritas dilakukan di Negeri Pizza tersebut. Tepatnya, di Venice dan Florence, yang dimulai pada 27 April 2015. Jika menonton trailer-nya, berbagai landmark klasik dan terkenal dari dua kota tersebut terlihat menghiasi film berdurasi 121 menit ini. Proses pengambilan gambar kemudian berakhir di Budapest, Hungaria, pada 21 Juli 2015.

Seperti saat syuting, pemutaran perdana Inferno juga dilangsungkan di Florence, Italia. Sayangnya, setelah tayang pertama kali pada 8 Oktober 2016 yang lalu, sejumlah situs review dan kritikus memberi rating yang kurang positif untuk film ketiga Robert Langdon ini.

Meski demikian, seperti dua film pendahulunya, Inferno diramal bakal kembali menembus box office. Sebanyak 30 juta pembaca novel karangan Dan Brown tersebut tetap menjadi pangsa pasar yang gurih bagi Sony Pictures untuk meraup pemasukan dari seluruh dunia.

Selain itu, kisah petualangan Robert Langdon, tampaknya, juga tidak akan berakhir di Inferno. Dan Brown, kabarnya, sudah siap merilis novel terbaru yang berjudul Origin pada 26 September 2017. Jika kembali menjadi best-seller, dan sepertinya demikian, Sony Pictures tidak akan segan-segan untuk memfilmkannya lagi.

***

Inferno

Sutradara: Ron Howard
Produser: Brian Gazer, Ron Howard
Penulis Skenario: David Koepp
Berdasarkan: Inferno by Dan Brown
Pemain: Tom Hanks, Felicity Jones, Omar Sy, Ben Foster, Sidse Babett Knudsen, Irrfan Khan
Musik: Hans Zimmer
Sinematografi: Salvatore Totino
Penyunting: Dan Hanley, Tom Elkins
Produksi: Imagine Entertainment
Distributor: Columbia Pictures
Durasi: 121 menit
Rilis: 8 Oktober 2016 (Florence), 12 Oktober 2016 (Indonesia), 28 Oktober 2016 (Amerika Serikat)

Ratings

IMDb: 7,7
Rotten Tomatoes: 33%
Metacritic: 38


No comments: