Nama M. Night Shyamalan mulai diakui sebagai legenda di jagad perfilman Hollywood setelah menelurkan The Sixth Sense pada tahun 1999. Sebagai seorang sutradara muda, usianya baru 28 tahun kala itu, Shyamalan dinilai mampu menghasilkan sebuah mahakarya dengan twist ending yang menakjubkan.
Film yang dibintangi oleh Bruce Willis tersebut, bahkan, dianggap sebagai film dengan twist ending (kejutan di bagian akhir) yang paling terkenal hingga saat ini. Shyamalan, yang juga tampil sebagai cameo (memerankan karakter bernama Dr. Hill), berhasil "menipu" para penonton sepanjang film karena tidak ada yang menduga bahwa ending-nya bakal seperti itu.
Berbagai kritikus dan situs review pun akhirnya memberi rating yang positif untuk The Sixth Sense. Secara finansial, film berbujet USD 40 juta tersebut juga sangat sukses karena berhasil meraup pemasukan hingga USD 673 juta.
Setelah kesuksesan The Sixth Sense, Shyamalan tidak berhenti berkarya. Sutradara kelahiran India dengan nama asli Manoj Shyamalan tersebut kemudian juga menghasilkan film-film yang sukses secara finansial dan mendapat respon positif dari para kritikus, seperti Unbreakable (2000), yang kembali dibintangi oleh Bruce Willis, dan film tentang alien, Signs (2002), yang mengandalkan Mel Gibson sebagai aktor utamanya.
Sayangnya, setelah menghasilkan The Village (2004), Shyamalan seakan-akan "lupa" cara membuat karya yang menarik dan dahsyat seperti The Sixth Sense, Unbreakable, dan Signs. Film-film dia selanjutnya, seperti The Last Airbender (2010) dan After Earth (2013), memang tergolong film blockbuster dengan bujet jumbo dan meraup pemasukan hingga ratusan juta dollar, namun dianggap sebagai "sampah" oleh para kritikus.
Baru pada tahun 2016 kemarin, sutradara berusia 46 tahun itu bangkit kembali. Ya, M. Night Shyamalan is back! Split, film psychological thriller, yang memang menjadi spesialisasinya, disambut dengan sangat antusias oleh para kritikus setelah tayang perdana di Fantastic Fest pada 26 September 2016 dan AFI Fest pada 15 November 2016.
Shyamalan menandai comeback-nya bersama Split dengan menyajikan satu hal: twist ending yang super mengejutkan dan membuat para penonton terhenyak, bahkan, setelah meninggalkan gedung bioskop. Seperti halnya The Sixth Sense dulu.
Saking mengejutkannya, saat dirilis di Amerika Serikat pada 20 Januari 2017 yang lalu, Split langsung bikin heboh. Bahkan, kehebohannya mungkin menyaingi acara inagurasi pergantian presiden dari Barack Obama ke Donald Trump!
Split sendiri mengisahkan tentang pria bernama Kevin Wendell Crumb (James McAvoy) yang menderita dissociative identity disorder (DID), sejenis gangguan kejiwaan yang dulu disebut multiple personalities disorder, alias seseorang yang memiliki lebih dari satu kepribadian. Tak tanggung-tanggung, tokoh Kevin di film berdurasi 117 menit ini diceritakan punya 24 identitas!
Pada suatu hari, salah satu kepribadian Kevin yang bernama Dennis membuat ulah. Dia menculik tiga cewek ababil dari sebuah tempat parkir untuk dipersembahkan kepada The Beast, salah satu kepribadian Kevin yang paling ganas, kuat, dan cepat, serta doyan memangsa daging manusia!
Ketiga gadis remaja yang bernama Casey Cooke (Anya Taylor-Joy), Claire Benoit (Haley Lu Richardson), dan Marcia (Jessica Sula) itu kemudian disekap di ruang bawah tanah tanpa jendela. Dalam upaya mereka untuk membebaskan diri, Casey dkk "bertemu" dengan berbagai kepribadian Kevin yang lain.
Salah satunya adalah Hedwig, bocah 9 tahun, sangat enerjik, tetapi juga paling rapuh, dan sangat terobesi kepada Kanye West. Dia juga naksir salah satu gadis yang diculik oleh Dennis. Pada hari yang lain, yang datang adalah Mrs. Patricia, seorang tante-tante paro baya yang hobi memakai sweater turtleneck dan high heels. Dia sangat disiplin dan tegas, layaknya kepala sekolah asrama.
Selain Hedwig dan Mrs. Patricia, salah satu kepribadian Kevin yang menarik adalah Barry, seorang pria ekstrovert, berjiwa pemimpin, sikapnya manis, dan sangat terobsesi pada fashion. Busananya selalu rapi dan tutur katanya santun. Dari ke-24 personality, Barry inilah yang paling mudah diatur dan paling sering berbicara dengan Dr. Karen Fletcher (Betty Buckley), psikiater yang menangani Kevin.
Dr. Fletcher-lah yang selama ini selalu setia membantu Kevin untuk mengatasi DID yang dideritanya. Dia juga yakin, dalam kasus ekstrem, DID bisa menyebabkan perubahan fisiologis pada pengidapnya. Mungkin, itulah penyebab mengapa tubuh Kevin bisa berubah menjadi The Beast, yang kekar, kuat, dan gerakannya cepat, layaknya superhuman!
Sementara itu, Dennis, si penculik, merupakan penderita obsessive-compulsive disorder (OCD) yang badannya berotot dan berkarakter genit. Dia pernah "menyamar" sebagai Barry dalam sebuah kunjungan konsultasi ke Dr. Fletcher.
Menurut M. Night Shyamalan, dia memang sengaja membangun 24 personality yang berbeda dengan tidak didasarkan pada masa lalu Kevin seperti kasus DID pada umumnya. Mereka adalah pribadi-pribadi spesial yang "lahir" untuk menjalankan suatu fungsi dalam tubuh dan pikiran Kevin.
Shyamalan mengaku sudah lama ingin membuat film dengan latar belakang DID. Tepatnya, setelah The Sixth Sense tayang pada tahun 1999. Sebelum membuat Unbreakable (2000), karakter Kevin sebenarnya sudah ada di dalam benaknya.
Selama 15 tahun berikutnya, Shyamalan pun mempelajari segala literatur dan segala hal tentang DID. Hasilnya, dia memiliki teori sendiri soal gangguan mental tersebut. Menurutnya, pikiran pengidap DID mampu memproteksi diri sendiri. Mereka mampu melakukan apa yang kita tidak bisa lakukan.
Berkat penelitian panjangnya tersebut, Shyamalan mampu membesut Split dengan sangat ciamik. Dia jugalah yang menulis skenario film rilisan Universal Pictures ini. James McAvoy mengaku bisa berakting sempurna, bahkan, memerankan 24 karakter berbeda sekaligus, salah satunya berkat pemahaman mendalam Shyamalan tentang DID.
James McAvoy sendiri sebenarnya bukan pilihan pertama untuk memerankan sosok Kevin. Pada mulanya, Shyamalan mengincar Joaquin Phoenix, yang pernah bekerja sama dengannya di film Signs dan The Village, sebagai aktor utama. Namun, karena jadwalnya bentrok, Phoenik akhirnya batal membintangi Split.
Untungnya, Shyamalan kemudian menemukan James McAvoy pada menit-menit terakhir. Dan, tampaknya, dia tidak menyesali keputusannya setelah memilih bintang franchise X-Men tersebut. McAvoy mampu tampil apik. Dia tidak hanya memerankan Kevin seorang, namun juga dengan sempurna memainkan seluruh karakternya yang berjumlah 24 identitas tersebut! Bisa dibilang, Split menjadi panggung pertunjukan tunggal bagi McAvoy.
Totalitas McAvoy memang patut mendapat pujian. Padahal, dia baru ditunjuk sebagai pemeran utama hanya sebulan sebelum proses syuting film Split dimulai. Alhasil, aktor yang melejit setelah membintangi Wanted (2008) bersama Angelina Jolie itu diburu waktu untuk melakukan persiapan.
Demi tuntutan peran, McAvoy harus membentuk tubuhnya menjadi lebih berotot dalam waktu singkat. Selain rutin nge-gym dan melakukan power lifting, dia juga menerapkan diet ketat dengan memakan 5.000-6.000 kalori per hari. McAvoy selalu melahap delapan butir telur, dada ayam, dan salmon sebelum melakukan syuting.
Di samping melakukan persiapan fisik, McAvoy juga melakukan pendalaman karakter. Sejumlah riset tentang penderita DID dia pelajari. Dari hasil penelitiannya, aktor asal Skotlandia itu menjadi tahu, ternyata banyak pengidap DID yang menyimpan diary dalam bentuk video. Menurutnya, para pasien DID punya kebutuhan konstan untuk terus menunjukkan diri kepada dunia.
Meski sulit, McAvoy mengaku sangat menikmati perannya di Split. Menurutnya, skenario yang ditulis oleh Shyamalan sangat fun dan menantang. Banyak plot twist di dalamnya yang bakal membuat para penonton terkejut. Satu pertanyaan bakal dijawab dengan pertanyaan lain secara konstan. Dan, apa yang diungkapkan di film ini, semuanya adalah fakta.
Mengenai twist ending yang kabarnya bakal membuat para penonton shock, itu adalah kekuatan terbesar dari Split. Gaya khas Shyamalan di film-filmnya selama ini memang gemar menyajikan sesuatu yang tak terduga di bagian akhir.
Sejak dipromosikan tahun lalu, para calon penonton memang mengira Split adalah sebuah film psychological thriller. Bahkan, saat menonton, hingga film hampir berakhir, orang-orang masih menganggap bahwa Split adalah sebuah psychological thriller yang mencekam.
Hingga akhirnya, di bagian ending, kabarnya, ada satu adegan tambahan yang mengubah segalanya. Ada satu karakter penting, yang diperankan oleh aktor kawakan (Oh.. Oh.. Siapa dia?), tiba-tiba muncul dan mengucapkan sebuah nama. Genre-nya pun langsung berubah. Bukan lagi psychological thriller. Ini bukan twist ending. Seperti yang dikatakan oleh McAvoy, seluruh film Split sebenarnya adalah sebuah twist!
Para penonton di Amerika, kabarnya, banyak yang kaget, sekaligus bingung. Namun, setelah sadar, mereka akhirnya kagum dan bersorak. M. Night Shyamalan mendapat banyak pujian karena telah menghadirkan gebrakan spektakuler di dunia film. Dia menampilkan satu adegan di bagian akhir yang mampu mengubah pandangan terhadap seluruh film yang baru selesai ditonton!
Sedikit bocoran, Split berada di universe yang sama dengan salah satu film Shyamalan sebelumnya. Apakah itu The Sixth Sense, Unbreakable, Signs, atau The Village? Silakan para filmania tebak sendiri. Hehe... Setting lokasinya pun sama, di sebuah kota, di Pantai Timur Amerika Serikat. Kota apa, ya? Hmmm..
Dalam sebuah wawancara, Shyamalan mengaku sempat khawatir bahwa ending film Split bakal bocor. Karena itu, saat diputar untuk screening test, ending tersebut tidak ditayangkan. Shyamalan ingin Split tetap dianggap sebagai psychological thriller oleh para calon penonton, meski pada akhirnya bukan seperti genre yang dipromosikan!
Menurut Shyamalan, karakter Kevin, si penderita DID, memang sudah ada sejak lama. Dia sudah ada dan selalu ada saat Shyamalan menulis naskah salah satu filmnya yang dulu, yang satu universe dengan Split. Bisa dibilang, Kevin sebenarnya adalah karakter orisinal dari film tersebut, tapi tidak dimunculkan!
Bahkan, Shyamalan juga menyatakan bakal membuat sekuel yang merupakan percampuran antara Split dengan film terdahulunya tersebut. Para pemain lawas yang dulu terlibat sudah bersedia untuk bergabung kembali. Plot ceritanya pun sudah di tangan. Sebanyak 11 halaman. Kini, Shyamalan sudah mulai menulis skenarionya.
Oh, ya. Seperti di film-film sebelumnya, Shyamalan juga ikut tampil di Split sebagai cameo. Dia memerankan karakter bernama Jai, seorang satpam di apartemen Dr. Fletcher. Selalu muncul di film garapannya sendiri, meski hanya sekilas, seolah sudah menjadi trademark bagi sutradara sekaligus screenwriter keturunan India tersebut.
Setelah tayang perdana di Amerika pada bulan Januari yang lalu, Split langsung mendapat sambutan positif dari berbagai kritikus dan situs review. Secara finansial, film dengan durasi terlama (117 menit) yang pernah digarap oleh Shyamalan ini juga sukses besar. Hingga kini, berhasil mengantongi pemasukan USD 170 juta. Padahal, bujetnya "hanya" USD 9 juta.
Bahkan, pada pekan perdana pemutaran di Amerika, Split (USD 40 juta) mampu mengalahkan pendapatan film blockbuster xXx: Return of Xander Cage (USD 20 juta) yang bujetnya mencapai USD 85 juta. Para pengamat film pun ternganga. Ini belum pernah terjadi sebelumnya dan belum pernah terbayang. M. Night Shyamalan mengangkangi Vin Diesel di box office!
***
Split
Sutradara: M. Night Shyamalan
Produser: M. Night Shyamalan, Jason Blum, Marc Bienstock
Penulis Skenario: M. Night Shyamalan
Pemain: James McAvoy, Anya Taylor-Joy, Betty Buckley
Musik: West Dylan Thordson
Sinematografi: Mike Gioulakis
Penyunting: Luke Franco Ciarrocchi
Produksi: Blinding Edge Pictures, Blumhouse Productions
Distributor: Universal Pictures
Durasi: 117 menit
Budget: USD 9 juta
Rilis: 26 September 2016 (Fantastic Fest), 20 Januari 2017 (Amerika Serikat), 15 Februari 2017 (Indonesia)
Ratings
IMDb: 7,5/10
Rotten Tomatoes: 74%
Metacritic: 62/100
CinemaScore: B+